'Kalau Bapak Ngusir Saya Malam Ini Saya Tidur di Rumah Bapak, Siap Gak?'
Nampak air mata Nola terus berlinang sambil memperlihatkan mimik emosi dan kecewa di depan puluhan petugas gabungan
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penghuni Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) Muara Baru Blok C nomor unit 4.06 merasa emosi ke Camat Penjaringan, Yani Wahyu Purwoko, saat berlangsungnya penertiban penghuni Rusunawa Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (15/10/2015),
"Bapak itu harusnya jadi orang manusiawi dong? Kalau bapak ngusir saya, saya malam ini juga tidur di rumah bapak saja kalau begitu? Siap gak?," kata Nola (35) salah satu penghuni yang ikut ditertibkan itu.
Nampak air mata Nola terus berlinang sambil memperlihatkan mimik emosi dan kecewa di depan puluhan petugas gabungan yang hendak menertibkan unit rusun yang dihuninya selama enam bulan.
Nola yang mengaku-ngaku penghuni asli rusun ini emosi, lantaran petugas menyebut wanita beranak dua ini merupakan penghuni ilegal.
"Maaf ibu, ini Surat Perjanjian Sewa (SP)-nya kan bukan atas nama ibu, tapi atas nama Sonny Harsono," kata Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Wilayah I Dinas Perumahan dan Gedung DKI Jakarta, Abdurrahman.
Belum selesai Abdurrahman bicara, Nola langsung memotong dan kembali memaki-maki di depan petugas.
"Iya memang ini pemiliknya bukan punya saya tapi punya om saya. Sonny itu om saya. Jadi orang manusiawi dong pak. Pemerintah jangan asal mengusir saja. Memangnya bapak kira nyari kontrakan sehari langsung dapat?" tutur Nola.
Abdurrahman pun melanjutkan, "Maaf saya gak bisa lama-lama.. Tolong angkat kaki dari sini dan petugas akan membantu ibu untuk diangkut barang-barangnya. Nanti barang-barang akan kami taruh sementara di kantor kami, atau kami bantu angkut. Itu saja. Ibu jangan berbohong, kami sudah segel unit ini dan ibu pun sudah tahu kan? Kan saya sudah kasih tenggat waktu sebulan," ujar Abdurrahman kembali.
Ketika petugas ingin masuk, nampak Nola mengahadang agar petugas tidak masuk dan mengangkut barang-barang di unit rusun yang dihuninya.
Tak ayal, suami Nola yang enggan menyebut namanya itu langsung masuk turut menghadang petugas.
"Kasih kami waktu dong pak.. Masalahnya nyari kontrakan gak semudah bveli kacang di warung. Tolong kebijaksanaannya pak. Tunggu saya sampai dapat rumah baru lagi pak," kata Nola kembali.
Abdurrahman pun menjawab lantang, "Saya sudah kasih waktu sebulan tapi ibu bilang minta waktu lagi sampai dapat tempat tinggal baru? Silahkan cari kontrakan saja bu. Jangan tinggal di sini.
"Di sini untuk warga yang menjadi korban penertiban normalisasi Waduk Pluit. Ibu gak berhak. Yang berhak tinggal di sini adalah om ibu sendiri, yakni pak Sonny, istrinya, dan anaknya. Bukan saudara-saudaranya pak Sonny. Pak Sonny kan keluar kota kata ibu, tolong hubungi saja," papar lantang Abdurrahman.
Nola pun hanya tertunduk malu dan menangis. Ia memohon-mohon agar barang-barang rumah tangganya tidak diangkut petugas.
"Tolong pak kasih waktu sebentar pak untuk mengurus perpindahan. Gak semudah itu pak. Tolong kemanusiawiannya saja pak. Kita hanya masyarakat kelas bawah," terang Nola sambil menggendong anak laki-lakinya.
Tiba-tiba, Yani langsung memberikan peringatan satu kali kepada Nola. Yani pun memberikan waktu selama dua hari ke wanita berpakaian putih tersebut. (Panji Baskhara Ramadhan)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.