'Keranda Bergerak Sendiri, Saya Tepuk Saja Mayatnya'
"Kejadiannya pas malam Jumat, saya lagi jaga di ruang jenazah. Tiba-tiba keranda mayat korban pengeroyokan bergerak sendiri," ujar Mursito (50).
Editor: Rendy Sadikin
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudhi Maulana
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TENGAH - Banyak kejadian mistis yang dialami penjaga kamar jenazah RS PMI Bogor, Mursito.
"Kejadiannya pas malam Jumat, saya lagi jaga di ruang jenazah. Tiba-tiba keranda mayat korban pengeroyokan bergerak sendiri," ujar Mursito (50).
Mursito mengatakan, peristiwa yang membuat bulu kuduknya merinding itu terjadi hampir sekitar satu menit.
"Kejadian itu pas di depan mata saya, saya lagi membuat catatan," katanya kepada TribunnewsBogor.com, Senin (23/11/2015).
Namun kejadian mistis itu tak membuatnya mundur.
Mursito kemudian menghampiri jenazah tersebut.
"Ya sudah saya samperin dan saya tepok-tepok jenazahnya lalu saya tutup kain. Saya bilang 'tenang nanti dicariin keluarganya'," katanya.
Setelah dia mengucapkan itu, brankar berhenti bergoyang.
Keesokan harinya keluarga dari jenazah korban pengeroyokan datang ke kamar jenazah.
Mahluk Bertaring
Seiain Musito adalagi cerita Dedi Subandi (50), penjaga kamar mayat RS PMI Bogor lainnya.
Ia bercerita, pernah suatu kali saat sedang shalat, diganggu oleh mahluk halus dengan mukanya buruk.
"Saya lagi shalat, tiba-tiba di belakang saya ada mahluk gaib, tingginya sebahu saya, terus wajahnya jelek, ada taringnya tajam dan lidahnya menjulur panjang," katanya.
Lanjutnya, penampakan mahluk itu sempat membuat dia terkejut.
Dedi kemudian berdoa, dan mahluk menyeramkan itu pun hilang.
Pernah juga suatu malam Dedi meliht penampakan mahluk seperti genderuwo di sudut kamar mayat.
"Ada juga saya pernah ngelihat kaya mayat jalan sendiri," katanya.
Jika sudah melihat penampakan mahluk halus, tubuhnya langsung terasa ngilu dan panas dingin.
"Tapi sekarang sudah biasa. Kalau muncul paling cuma bilang, jangan ganggu," katanya.
Sudah puluhan tahun lebih Dedi bekerja di bagian forensik RS PMI Bogor.
Karena tugasnya itu, Dedi setiap hari selalu berurusan dengan jenazah.
Mulai dari memandikan hingga menyatukan jenazah yang bentuknya sudah tidak beraturan.
"Sebelumnya, tahun 1985 saya bertugas sebagai perawat di ruang ICU dan IGD, tapi sejak 1989 saya dipindahkan ke kamar mayat sampai sekarang, karena saat itu kekurangan pegawai," katanya.
Dedi mengatakan, bertugas di kamar jenazah bisa jadi tugas yang jarang diminati orang.
Namun, baginya pekerjaan mengurusi jenazah menjadi ibadah tersendiri baginya.
"Bayangkan saja, tidak semua jenazah masuk kesini dalam kondisi baik. Sering jenazah yang kondisinya sudah tidak baik dan tidak ada identitasnya, kita wajib mempelakukan jenazah itu secara baik pula, dimandikan dikafani sebelum dikuburkan," ujarnya.
Baginya, pekerjaanya sebagai petugas forensik merupakan tugas mulia.
"Saya anggap pekerjaan saya ini sebagai ibadah dan saya bersyukur dengan pekerjaan ini saya bisa membantu orang," ungkapnya.
Segudang pengalaman telah dia rasakan selama menjadi petugas kamar mayat.
Misalnya, Dedi sering diprotes oleh keluarga korban karena tak sabar ingin cepat membawa jenazah anggota keluarganya.
"Keluarga korban datang ke kamar mayat dan marah-marah, mereka mau mengambil jenazah keluarganya. Tapi sesuai aturan harus menunggu
surat dari polisi dulu. Paling saya coba tenangkan mereka dan beri mereka pengertian," katanya.
Selama hampir 26 tahun bertugas, berbagai bentuk mayat telah dia tangani, mulai yang masih utuh hingga sudah tak berbentuk.
Kadang, korban yang sudah tak utuh adalah korban kecelakaan.
Doakan jenazah
Dedi Subandi punya ritual khusus sebelum menangani jenazah.
"Pertama saya berdoa kepada Allah, lalu saya dekati jenazahnya dan saya doakan jenazah tersebut," katanya.
Ia selalu mendoakan semua jenazah yang ia tangani.
Bahkan, ia tetap mendoakan jenazah yang merupakan pelaku kejahatan.
Ia memiliki kewajiban untuk mendoakan semua jasad yang ia terima.
Setelah didoakan, baru ia lakukan identifikasi, mulai dari memfoto, mencatat data jasad tersebut serta mencatat semua yang melekat di tubuh jasad.
"Kalau sudah beres semu baru saya mandikan dan dikafani," terangnya.
Ia juga punya cara khusus agar bisa tahan dengan bau busuk dari mayat.
"Saya harus langsung dekati mayat tersebut, agar hidung saya bisa beradaptasi," jelasnya.
"Kalau sudah dekat dengan mayatnya, saya bisa terbiasa," lanjutnya.