Kisah Ahok Berniat Hijrah ke Kanada Karena Frustasi
"Tahun 1995 , saya mau pindah ke Kanada sebetulnya. Frustasi saya,"
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sempat berpikir untuk meninggalkan Indonesia ketika dirinya masih menjadi seorang pengusaha pada 1995 silam.
Basuki atau yang akrab disapa Ahok mengatakan niatnya saat itu pindah ke Kanada akibat frustasi berhadapan dengan politik dan birokrasi yang korup.
Dia juga mengatakan, pabriknya ditutup karena ia melawan kesewenang-wenangan pejabat.
"Tahun 1995 , saya mau pindah ke Kanada sebetulnya. Frustasi saya," ujar Ahok mengawali ceritanya di depan 39 Finalis Puteri Indonesia 2016 di Balai Agung, Balai Kota, Jakarta Pusat, Selasa (15/2/2016).
Tapi keinginannya tersebut mendapat penolakan dari ayahnya.
"Saya bilang ke bapak saya, 'saya mau tinggal di Kanada saja, males di Indonesia'. Bapak saya bilang, 'tidak boleh, banyak orang butuh kamu' butuh apa? Muka minyak babi kayak kita apa yang dibutuhin?" tanya Ahok ke sang ayah, Indra Tjahaja Purnama.
Indra menyarankan agar Ahok berkiprah di dunia politik.
Kata Indra kepada Ahok, dengan menjadi pejabat akan bisa membantu khalayak banyak.
Apalagi, bantuannya dalam bentuk kebijakan dan menggunakan uang negara bukan pribadi.
"Bapak saya bilang, 'kalau kamu punya Rp 1 milyar kamu cuma bisa bantu 2.000 orang, gaji kamu habis. Coba kalau kamu jadi pejabat. Kamu bisa bantu semua orang tiap hari kasih Rp 500.000. Enak kalau bisa bantu orang miskin tidak pakai duit kita" kata mantan Bupati Belitung Timur tersebut.
Akhirnya, Ahok beralih profesi dari seorang pengusaha menjadi seorang pejabat.
Pada 2004 Ahok terjun ke dunia politik dan bergabung di bawah bensera Partai Perhimpunan Indonesia Baru sebagai ketua DPC Partai PIB Kabupaten Belitung Timur.
Dirinya mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009.