Curahan Hati Pembantu Ivan Haz: Saya tak Mau Dibeli
ondisi Toipah (20), pembantu rumah tangga yang bekerja di kediaman Ivan Haz hingga kini belum stabil psikologisnya.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Kondisi Toipah (20), pembantu rumah tangga yang bekerja di kediaman Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Fanny Safriansyah alias Ivan Haz hingga kini belum stabil psikologisnya.
Ia kerap marah dan mendadak emosi apabila mengingat pemukulan yang dialamatkan kepadanya.
Apalagi kalau telinganya mendengar ada upaya damai dari keluarga Ivan Haz, nada suaranya kerap meninggi. "Kadang masih sering marah, belum stabil lah, masih dalam proses pemulihan,"ujar Direktur LBH Apik, Ratna Batara Munti kepada Tribun, Kamis(3/3/2016).
Selama ini Toipah memang sedang dalam perlindungan dan pendampingan LBH Apik. Kendati demikian kuasa hukum dan keluarga Ivan Haz sempat mendatangi kantornya untuk mengupayakan jalur damai, berharap aduan laporan penganiayaaan ke polisi dicabut.
"Ya kemarin ke sini, namun kami tetap tegas menolaknya, karena memang itu keinginan korban," kata Ratna.
Toipah kata Ratna dengan tegas juga menolak adanya upaya damai dari keluarga Ivan Haz. Toipah tak ingin perkara diselesaikan tanpa melalui jalur hukum.
"Saya barusan ngobrol sama Toipah, katanya saya tidak mau dibeli saya ingin ini (kasus) terus berlanjut,"ujarnya.
Selama dalam pendampingan dan perlindungan kata Ratna, Toipah banyak berkisah banyak. Pukulan demi pukulan katanya kerap dilayangkan Ivan Haz apabila tangisan anak majikannya itu tidak mereda. Oleh karenanya selama bekerja sejak Mei 2015 lalu, Toipah selalu berada dalam tekanan.
"Dia mengaku apabila anak yang diasuhnya terus menangis, Ivan selalu memukul ditambah lagi istrinya Ivan selau beteriak jadi suasana di dalam rumah itu penuh tekanan," kata Ratna.
Perlakukan kasar juga sering diterima Toipah dan kian hari semakin menjadi-jadi. Terlebih setelah lebaran Idul Fitri tahun lalu. Tidak hanya bogem mentah, Toipah juga ditendang, dan dinjak-injak.
"Dipukul dengan kabel, ditendang dalam kondisi kaki masih bersepatu dan dipukul di bagian kepala dengan mengunakan mainan anaknya hingga berdarah," paparnya.
Toipah sebenarnya sudah tidak nyaman bekerja dengan perlakuan seperti itu. Usai lebaran kakak kandung Toipah sempat datang ke Apartemen Ascot untuk membawa pulang adiknya. Hanya saja Toipah tidak berani pulang karena sering mendapatkan ancaman.
"Korban menolak karena pelaku mengancamnya apabila meninggalkan apartemen," katanya.
Perempuan 20 tahun tersebut akhirnya nekat kabur dari apartemen perangai anak mantan Wapres Hamzah Haz tersebut semakin parah. Terakhir pada 29 September 2015, Toipah mengaku telinganya dipukul hingga berdarah dan bengkak. Selain itu pundaknya dipukul tabung obat nyamuk semprot, tulang belakang ditendang.
"Perlakuan tersebut menyebabkan korban tidur dengan kepala sakit. Saya juga kaget ketika melihat langsung telingnya, menciut dan mengecil," tutur Ratna.
Toipah kemudian memberanikan melarikan diri keesokan harinya dengan memanjat tembok apartemen, ia menuju stasiun Karet, Jakarta Pusat sebelum kemudian ditemukan Aktivis LBH Apik, Veny Siregar.
Ketika itu kondisi Toipah sangat mengkhawatirkan. Psikologisnya terguncang dan terus menangis. Oleh karenanya agar tidak ada intervensi dan kondisi cepat pulih kini Toipah ditempatkan di rumah aman (safe house) dalam koordinasi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
"Ia tidak ingin dulu bertemu siapa-siapa," kata Ratna