Komplotan Pencuri Kabel di Gorong-gorong Ring 1 Beraksi Bak Tikus Got
Dari hasil penelusuran awal, enam pelaku dari dua komplotan tersebut berhasil dibekuk.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bak tikus got. Begitu istilah Kasubdit III Sumber Daya Lingkungan (Sumdaling) Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, AKBP Adi Vivid, untuk modus komplotan pencuri tembaga dan timah kabel di gorong-gorong Ring 1 kawasan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka, Jakarta, usai rilis kasus tersebut di kantor Ditreskrimsus PMJ, Jakarta, Jumat (11/3/2016).
Menurutnya, ada tiga komplotan yang melakukan pencurian isi kabel bernilai jual tinggi di kawasan tersebut sejak 2013 hingga 2015. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai pemulung yang sehari-hari biasa beroperasi di wilayah tersebut.
Dengan begitu, mereka mengetahui kapan dan di mana saja instansi PLN atau pun Telkom melakukan penanaman kabel baru maupun perbaikan kabel di gorong-gorong tersebut.
Dari hasil penelusuran awal, enam pelaku dari dua komplotan tersebut berhasil dibekuk.
Mereka yakni, STR alias BY (swasta), MRN alias N, SWY alias SM, AP alias UC, serta dua pelaku yang diamankan dari Rutan Salemba karena sedang menjalani hukuman kasus pencurian rumah kosong, RHM alias GUN dan AT alias TGL.
Dari hasil penyidikan dan pengakuan para pelaku, modus pencurian isi kabel diawali dengan satu komplotan terdiri dari minimal tiga orang masuk ke dalam gorong-gorong melalui lobang yang berada di Jalan Merdeka Selatan pada dini hari hingga menjelang shubuh.
Bermodal alas sandal dan sepatu, senter tangan dan lampu kepala, mereka berjalan menunduk menyusuri gorong-gorong sepanjang 10 meter dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 100-150 cm.
Begitu gorong-gorong menyempit, mereka mengetahui adanya tumpukan kabel yang terkubur di balik dinding tembok gorong-gorong.
Mereka mengetahui mana kabel baru atau lama. Mereka mengincar kabel lama atau bekas yang tidak teraliri listrik atau yang tidak mengganggu jaringan komunikasi jika dilakukan pemotongan.
Setelah mengetahui posisi kabel lama, seorang pelaku membobok dan menggali centimeter demi centimeter tanah yang mengubur kabel dengan linggis. Dia memotong kabel sekitar 1 meter dengan gergaji besi begitu kabel dapat dikeluarkan dari tumpukan tanah.
"Jadi, yang di balik dinding dan tanah yang dibobok itu ada 125 jenis kabel. Setelah dia bobok dan potong kabel 1 sampai 2 meter yang dipilih, itu ada ruang sekitar setengah meter. Nah, ruang sesempit itu lah buat dia jalan merayap untuk gali lagi potongan kabel berikutnya. Setelah memotong kabel, potongan itu diserahkan ke teman yang dibelakangnya. Setelah selesai, yang bagian bobok itu keluar untuk istirahat tarik nafas. Setelah kuat lagi, dia melanjutkan bobok lagi dari titik yang terakhir," beber Vivid.
"Ini mereka seperti tikus got," tandasnya.
Potongan-potongan kabel itu ditarik dan diserahkan ke dua pelaku lainnya yang berada di belakangnya untuk dibawa ke ruang gorong-gorong yang lebih luas.
Ada tikar sebagai alas dan terpal sebagai pelapis dinding di celah ruang gorong-gorong selebar 2 meter itu.
Ruangan itu lah yang menjadi tempat tinggal sementara sekaligus tempat para pelaku saat mengupas satu per satu potongan kabel dengan pisau atau cutter dengan membakar dahulu bagian kulitnya.
Sejumlah senter dihidupkan untuk menerangi saat para pelaku mengupas dan mengambil tembaga dan timah dari potongan-potongan kabel.
Dalam sekali beraksi, mereka bisa bertahan di dalam gorong-gorong itu hingga dua hari dua malam. Oleh karena itu, mereka juga menyiapkan sejumlah makanan dan minuman untuk bekal bertahan hidup di dalam gorong-gorong tersebut.
Bahkan, mereka membawa kaos, celana pendek dan celana dalam cadangan hingga accu motor untuk pengisian ulang listrik senter. Tak heran, polisi menemukan beberapa potong celana pendek dan celana dalam saat menyelidiki kasus ini dengan menyusuri gorong-gorong tersebut beberapa waktu lalu.
Begitu potongan tembaga dan timah terkumpul, para pelaku mengeluarkan barang logam bernilai tinggi itu melalui celah trotoar jalan. Seorang pelaku lainnya sudah siap di atasnya, dengan gerobak untuk mengangkut dan menjual tembaga dan timah tersebut. Pengangkatan potongan tembaga dan timah itu selalu dilakukan pada dini hari demi menghindari pengawasan petugas Satpol PP.
Begitu satu kelompok menyelesaikan 'perburuan harta karun', kelompok lainnya sudah siap melanjutkan aksi tersebut dengan cara yang sama.
Kepada petugas, para pelaku mengaku sudah melakukan pencurian isi kabel bak tikus got itu sejak 2013 hingga 2015. Mereka menjual hasil buruannya itu ke wilayah Kemayoran, Jakpus, dengan harga Rp40 ribu-Rp60 ribu per Kg untuk tembaga dan Rp10 ribu hingga Rp20 ribu untuk timah. Dalam tiga minggu saja mereka berhasil mengangkut sekitar 800 Kg tembaga.
Sementara, sampah kabel ditinggalkan di gorong-gorong karena hanya dihargai Rp1.000 per Kg di pasaran.
Pengungkapan kasus pencurian isi kabel ini berawal dari temuan 125 kubik atau sebanyak 25 truk sampah kabel di gorong-gorong saluran air seputaran Jalan Medan Merdeka Selatan pada akhir Februari dan awal Maret 2016. Sampah tersebut diduga menjadi salah satu penyebab tersendatnya aliran air di gorong-gorong sehingga muncul genangan di jalan protokol kawasan tersebut kala saat musim hujan.