Ahok Mengaku Sudah Berpengalaman Dikeroyok Koalisi Besar Parpol
Koalisi semacam itu telah dirasakannya pada Pilkada DKI Jakarta 2012.
Editor: Hasanudin Aco

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tidak mempermasalahkan adanya koalisi besar partai politik pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
Koalisi semacam itu telah dirasakannya pada Pilkada DKI Jakarta 2012.
"Enggak apa-apalah. Dulu Pak Foke (mantan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo) juga nyatu semua (partai politik) lawan kami dua partai (politik)," kata Ahok di Balai Kota, Senin (28/3/2016).
Pasangan Jokowi-Ahok dahulu diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Gerindra. Sementara pasangan Foke-Nachrowi diusung Partai Demokrat, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), serta Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Menurut Ahok, yang terpenting adalah yang dipertaruhkan hanya jabatan.
"Aku kan taruhannya bukan loncat dari Monas," kata Ahok seraya menyindir kader Partai Gerindra Habiburokhman yang akan terjun dari Monas jika pengumpulan KTP "Teman Ahok" memenuhi target, yaitu satu juta KTP.
Ahok akan maju lewat jalur independen dan sejauh ini dia telah didukung oleh Partai Hanura dan Nasdem. Jumlah dukungannya dari dua partai itu baru 15 kursi dari total 106 kursi di DPRD DKI Jakarta.
Ahok akan berpasangan dengan Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Jakarta, Heru Budi Hartono.
Sejumlah partai lain yang memiliki kursi di DPRD DKI, yaitu PDI-P, Gerindra, Golkar, PKS, PPP, PKB, PAN dan Demokrat terus melakukan komunikasi politik untuk kemudian mengusung calon mereka. Hanya PDI-P yang dapat mengusung calon sendiri tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.
Sejumlah nama bakal calon juga telah muncul antara lain adalah pakar hukum tata negara Yusril Izha Mahendra, dan pengusaha Sandiaga Uno.
Penulis : Kurnia Sari Aziza