Kisah Nenek 3 Cucu Ikuti UN Kejar Paket C
Kelulusan UN Paket C berguna demi masa depannya mengajar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di wilayah Manggarai
Editor: Hendra Gunawan
![Kisah Nenek 3 Cucu Ikuti UN Kejar Paket C](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/sumini-saat-mengikuti-ujian-nasional-un-paket-c_20160405_174148.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Semangat Sumini, wanita berusia 56 tahun untuk meraih pendidikan memang patut diacungi jempol.
Walaupun sudah memiliki cucu tiga orang, dia masih mau mengikuti Ujian Nasional (UN) Paket C yang digelar di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 29, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (5/4) siang.
Mengenakan seragam berwarna putih dan hitam, perempuan berjilbab itu sudah secara teliti mengerjakan UN mata pelajaran Matematika dan Sosiologi.
Sumini tidak malu saat beberapa peserta UN yang berada di ruangan berukuran 50 meter itu.
Dalam satu kelas terdiri dari 15 peserta. Dia merupakan peserta tertua disana.
Namun, niat baiknya untuk memperbaiki taraf pendidikan. Membuat, ibu dari lima orang anak itu patah arang.
Sebelum mengikuti ujian paket C, dia terus belajar mengasah kembali pengetahuan yang dimilikinya.
Berbekal, buku latihan Ujian Nasional (UN), Sumini yakin bisa mengerjakan segala soal-soal yang diberikan.
Sumini harus mengeluarkan kocek yang cukup besar yaitu Rp 1,5 juta untuk mengikuti UN Paket C itu.
"Ya sebenernya dari dulu saya memang mau ngelanjutin sekolah di Jakarta, tapi baru sekarang bisanya," kata dia, Selasa (5/4).
Pada kesempatan menjelang UN, Sumini terlihat asik membahas soal bersama peserta ujian paket C yang lainnya. Dia terus mengasah ingatannya sebelum UN Paket C digelar.
Apalagi, kelulusan UN Paket C berguna demi masa depannya mengajar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di wilayah Manggarai, Jakarta Selatan.
"Saya kan ngajar di Paud, jadi pendidikan harus disetarakan. Kalau ada umur dan rezekinya saya mau disekolahin ke S1," tutur dia.
Sumini mengaku pelajaran di hari kedua yaitu matematika membuatnya bingung lantaran tak sempat belajar. Namun, Sumini optimis bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan.
Sedangkan untuk ujian di hari pertama Sumini mengatakan bisa menjawab semua pertanyaan baik mata pelajaran Bahasa Indonesia, maupun geografi.
"Enggak tahu deh kalau yang sekarang, sudah beberapa hari ini kurang tidur. Tadi juga pas buka buku malah ketiduran," ucapnya.
Wanita yang baru mengajar di PAUD selama tiga tahun itu mengaku terakhir mengenyam pendidikan saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Purworejo, Jawa Tengah tahun 1973.
Namun, karena dirinya menikah suaminya akhirnya cita-citanya kandas.
Semangat menuntut ilmu yang dimiliki pun didukung oleh anak-anaknya.
Selama ujian berlangsung, Sumini selalu diantar-jemput oleh anak sulungnya dengan menggunakan sepeda motor.
Dia mengaku pernah mengikuti ujian yang sama pada tahun 2014.
Namun, ia gagal lantaran nilainya saat itu hanya kurang 0,1 darui standar kelulusan yang ditetapkan.
"Pernah ikut tahun 2014 cuma gagal padahal nilainya kurang 0,1," tutur dia.(Bintang Pradewo)