Imam Supriadi Bersiap Unggah Video Kasus Baru Ahok
Imam Supriyadi bersiap mengunggah video lanjutan berisi pembeberan sejumlah kasus lain yang diduga dilakukan Ahok saat menjadi Bupati Belitung Timur.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pegawai Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Imam Supriadi, tak kapok kendati unggahan video berisi tantangan berduel tak digubris oleh sasarannya, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Ia justru bersiap mengunggah video lanjutan berisi pembeberan sejumlah kasus lain yang diduga dilakukan Ahok saat menjadi Bupati Belitung Timur.
"Saya akan buat dan unggah video baru. Video tentang kasus biaya rehabilitasi lahan tambang timah yang tidak dibayar sekitar Rp 2 M. Ada juga kasus dia, kasus SPJ yang nggak dibayarkan. Belum lagi uang-uang fiktif saat di DPRD," ujar Imam.
Menurut Imam, kasus-kasus tersebut merupakan hasil audit yang dilakukan oleh timnya saat masih bertugas di BPK Perwakilan pada 2005.
Dalam video sebelumnya, selain menantang berduel disertai umpatan, Imam juga membeberkan sejumlah temuan terhadap keuangan APBD Pemkab Belitung Timur saat Ahok menjadi Bupati.
Di antaranya tentang dana PDAM sebesar Rp 664 juta dan asal-usul kepemilikan tiga pulau orangtuanya atau penjualan aset 'Bukit Ayah' dan dugaan pelanggaran administrasi Ahok yang mengundurkan diri sebagai anggota DPRD kurang dari enam bulan saat mengikuti Pilkada Belitung Timur.
Sampai saat ini Imam masih menganggap dirinya sebagai auditor kendati pihak BPK RI menyatakan telah memberhentikannya sebagai auditor lantaran kinerjanya yang minim.
Satu pegangan Imam, yakni karena dirinya belum juga diberikan Surat Keputusan (SK) tentang pencabutan status pemeriksa atau auditor dari BPK RI.
Ia mengaku akan terus membeberkan kasus-kasus lain Ahok itu lantaran pihak BPK RI tidak melanjutkan hasil temuan dari audit yang dilakukan oleh timnya.
"Saya vokal karena memjuangkan apa yang sudah pernah kami lakukan. Dan saya sebagai hamba Allah juga bertanggung jawab kepada umat dan rakyat," kata dia. (Abdul Qodir)