Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Warga Luar Batang Masih Emosi Teringat Penggusuran

Warga yang menjadi korban perevitalisasian dan sempat tinggal di Kampung Akuarium, Catur (35), menceritakan betapa emosinya mereka yang tergusur.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Warga Luar Batang Masih Emosi Teringat Penggusuran
Kompas.com/Andri Donall Putra
Tanda penolakan warga Luar Batang, Jakarta Utara, atas rencana penggusuran oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dituangkan ke dalam spanduk di sudut permukiman Luar Batang, Kamis (28/4/2016) siang. Warga menolak semua bentuk dan alasan penggusuran, mulai dari jalur hijau, ruang terbuka hijau, sampai revitalisasi kawasan wisata rohani Masjid Luar 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rombongan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyambangi wilayah yang direvitalisasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, yakni Kawasan Wisata Bahari Sunda Kelapa, tepatnya di Kampung Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (10/5/2016).

Salah warga yang menjadi korban perevitalisasian dan sempat tinggal di Kampung Akuarium, Catur (35), menceritakan betapa emosinya warga yang menjadi korban penggusuran hingga saat ini.

"Kami semua yang tinggal bertahan di sini masih panas. Masih emosi. Tapi lebih panas lagi saat penertiban lalu itu terjadi. Sedih kalau saya mengingatnya kembali bapak dan ibu sekalian," katanya di depan rombongan MUI dan ratusan warga Kampung Luar Batang.

Ia mengaku, sebelum penertiban Kampung Akuarium dan Pasar Ikan dilakukan, aliran air dimatikan, dan warga pun sempat mengalami kesulitan air bersih.

Menurut Catur, dirinya beserta warga Pasar Ikan dan Akuarium juga mengalami intimidasi atau hal yang sama.

"Sebelum dibongkar air gak hidup. Jadi dimatikan begitu dan sama sekali enggak mengalir. Kami coba cek dan ricek lagi, yang mengucur dari keran air malah air asin," terangnya.

Ketika Pemprov DKI mengerahkan ratusan personel gabungan penertiban dan berlangsungnya pembongkaran bangunan, diakui Catur, ayahnya nyaris tertimpa reruntuhan.

Berita Rekomendasi

"Bapak saya, kalau enggak ketahuan saya sama warga bisa mati ketimpa pak," serunya.

Warga lainnya, Upi Yunita (40), saat pembongkaran berlangsung sempat meminta pemerintah setempat lurah dan Camat untuk dilakukan penangguhan.

Ia menyampaikan hal itu lantaran banyak anak-anak yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) tengah melaksanakan Ujian Nasional (UN)..

"Saya minta ditangguhkan bukan berarti minta ganti rugi. Waktu itu Pak Camat Penjaringan (Abdul Khalit) bilang yang akan dibongkar hanya 8 meter dari tanggul barat dan timur. Tapi nyatanya? Tidak sesuai apa yang dilontarkan dari mulutnya sendiri," ucapnya.

Ia juga menyinggung terkait tindakan kekerasan yang dilakukan para personel gabungan yang menertibkan wilayah yang dihuninya selama belasan tahun.

"Kekerasan pada anak warga Pasar Ikan dan Akurium juga memang terjadi kok. Sampai terinjak-injak. Untung tidak luka. Tapi shock pak," tuturnya. (BAS)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas