Astaga Mengerikan! Ini Fakta-fakta, Latar Belakang dan Awal Mula Pelaku Palsukan Vaksin
Bukan sekedar tuntutan ekonomi, ternyata begini awal mulanya pelaku memulai kiprahnya. Ada kesempatan, melihat peluang dan banyak botol berserakan.
Editor: Robertus Rimawan
"Saya tidak menyangka dengan perbuatannya, karena selama ini tidak mengetahui pekerjaan sampingannya sebagai produsen dan distributor obat," ujar S, rekan Rita di RSIA Hermina Bekasi Selatan.
Meski begitu, S mengaku cukup mengenal sosok Rita karena mereka berdua pernah tinggal bersama di sebuah indekos sebelum Rita menikah.
Setahu S, Rita memang sering kepergok mengumpulkan botol bekas vaksin yang sudah dipergunakan oleh rumah sakit.
Pengumpulan botol ini tentunya tidak diketahui oleh pihak rumah sakit, karena bila mengacu prosedur harusnya botol bekas vaksin dimusnahkan.
Rita mengungkapkan, botol-botol yang dikumpulkan Rita adalah botol bekas vaksin seperti hib, infanrix, engerix dan vaksin lainnya yang dibanderol dengan harga cukup mahal.
"Dua tahun saya kerja bersama di poliklinik anak, dia bilang hanya dikumpulkan saja. Kalau prosedurnya, seharusnya botol bekas dimusnahkan," ungkapnya.
Menurut S, setelah Rita keluar dari pekerjaannya, mereka berdua pernah bertemu di pusat perbelanjaan.
Saat itu, Rita menceritakan bahwa hidupnya sudah sukses, sehingga mampu membeli rumah elit di Kemang Pratama Regency, Jalan Kumala II M29, RT 09/05, Rawalumbu, Kota Bekasi.
"Bahkan dia sudah beli mobil mewah keluaran terbaru," tutur S. Rita merupakan almuni sebuah Sekolah Perawat Kebidanan (SPK) di Jakarta dan bekerja di RSIA Hermina sejak tahun 1998 dan berhenti kerja sekitar tahun 2009.
Manfaatkan peluang
Seperti dikutip dari Kompas.com Wakil Direktur Umum Rumah Sakit Hermina Bekasi Syarifuddin menduga pasangan suami-istri (pasutri) pembuat vaksin palsu, Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina, melakukan bisnisnya karena sang istri mengetahui sering terjadi kekosongan vaksin di sejumlah rumah sakit.
Rita diduga mengetahui tingginya kebutuhan vaksin karena dia pernah bekerja sebagai perawat di RS Hermina Bekasi sejak 1998-2007.
"Ini kan peluangnya ada karena sering kekosongan vaksin kan. Dia tahu kan sering kurang ini, kurang ini, kesempatan," ujar Syarifuddin di RS Hermina Bekasi, Senin (27/6/2016).
Kekosongan vaksin dari distributor resmi maupun Dinas Kesehatan disebut masih sering terjadi hingga beberapa bulan belakangan ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.