Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Komnas HAM Diminta Respon Peristiwa Kebrutalan The Jakmania terhadap Polisi

hingga kini Brigadir Hanapi masih dalam keadaan kritis dan bola mata sebelah kirinya pecah akibat pengeroyokan superter The Jakmania.

Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Sanusi
zoom-in Komnas HAM Diminta Respon Peristiwa Kebrutalan The Jakmania terhadap Polisi
Super Ball/Feri Setiawan
Jakmania melakukan aksi tabur bunga dan menyalakan cahaya lilin di pintu 7 Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jakarta, Senin (16/5/2016) Aksi tersebut untuk mengenang wafatnya Muhammad Fahreza yang tewas pasca hendak menyaksikan laga Persija kontra Persela akhir pekan lalu. Super Ball/Feri Setiawan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari 98) mengapresiasi reaksi nitizen yang ikut ramai-ramai memberikan ucapan belasungkawa dan kecaman tindakan brutal para The Jakmania atas peristiwa berdarah di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) yang menimpa Brigadir Hanapi.

Pasalnya, hingga kini Brigadir Hanapi masih dalam keadaan kritis dan bola mata sebelah kirinya pecah akibat pengeroyokan superter The Jakmania.

"Kami mengecam tindakan brutal dan anarkis suporter The Jakmania. Tindakan mereka justru tambah mencoreng nama Jakmania itu sendiri. Ini kampungan," kata Ketua Dewan Presidium Jari 98, Willy Prakarsa, Selasa (28/6/2016).

Willy juga menyesalkan belum adanya reaksi dari Komnas HAM terkait insiden tersebut. Menurutnya, polisi juga manusia biasa dan warga negara Indonesia yang haknya harus dilindungi, jangan cuma kerap teriak keras disaat teroris meninggal oleh petugas.

"Komnas HAM jangan diam saja dan bisu lihat peristiwa ini. Jangan sampai publik ikut-ikutan kecam," tuturnya.

Jika belum ada respons dari Komnas HAM, Willy pun mendorong dan meminta publik mendukung agar Komnas HAM dibubarkan dan diganti dengan Komnas Pancasila.

Menurut Willy, masyarakat Indonesia tidak mengenal keberadaan Komnas HAM hasil produk impor dari asing, keberadaan Komnas HAM hanya sebatas menjalankan order pesanan tertentu.

Berita Rekomendasi

"Jika Komnas HAM benar keberadaannya tidak membawa manfaat yang berarti bagi rakyat, maka idealnya bentuk Komnas Pancasila yang jauh lebih beradab dan manusiawi. Jadi tidak ada salahnya keberadaan Komnas HAM layak dibubarkan," ujarnya.

Masih kata Willy, dia berharap aparat penegak hukum segera mengusut tuntas peristiwa penganiayaan dan pengeroyokan Brigadir Hanapi tersebut. Saatnya Polri sebagai eksekutor KUHP melakukan penegakan hukum.

"Usut tuntas pelakunya dan aktor dibelakang layarnya. Pengurus Persija juga wajib bertanggung jawab," tukasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas