Vaksin Palsu, Tina Curiga soal Harga Murah hingga Warna Mencolok
Menurut data RSIA Sayang Bunda, vaksin palsu jenis DPT ada sejak Desember 2014
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Semenjak pengumuman Kementerian Kesehatan tentang 14 rumah sakit yang menggunakan vaksin palsu, para orangtua sibuk mendatangi rumah sakit tempat anaknya divaksin.
Tina, warga Pondok Ungu mendatangi Posko Vaksin Palsu di Rumah Sakit Ibu dan Anak Sayang Bunda, Bekasi, Sabtu (16/7/2016) untuk melaporkan bahwa anaknya, Fika pernah melakukan vaksin di rumah sakit tersebut.
Tina menuturkan, dia mem-vaksin Fika pada Januari 2016 lalu. Vaksin yang diberikan ke Fika adalah vaksin jenis DPT yaitu vaksin untuk kekebalan terhadap penyakit Difteri, Pertusia dan Tetanus.
Menurut data RSIA Sayang Bunda, vaksin palsu jenis DPT ada sejak Desember 2014 sehingga membuat Tina khawatir tentang kesehatan anaknya.
"Adek Fika vaksin DPT Januari 2016 kemarin disini, makanya saya mau cek kalau vaksin yang diterima asli atau palsu" ungkapnya saat ditemui tribunnews.com di loby RSIA Sayang Bunda, Bekasi, Sabtu (16/7/2016).
Tina juga menceritakan awal bagaimana dirinya curiga terhadap vaksin palsu di RSIA Sayang Bunda.
Awalnya Ia tidak menaruh curiga dari harga yang ditawarkan RS lebih murah dari biasanya.
Tina hanya beranggapan kalau harga vaksin yang murah di RSIA Sayang Bunda, Bekasi karena Rumah Sakit ini tergolong baru dan kecil atau mungkin biaya dokternya lebih murah.
"Saya tidak tahu persis harganya berapa, cuman pernah vaksi di Solo, Jawa Tengah itu habis sekitar Rp 1.000.000 lebih, tapi di RSIA Sayang Bunda hanya Rp 700.000," ungkapnya.
Tidak hanya harga murah yang membuat Tina curiga, tetapi brosur atau gambar yang diperlihatkan kepadanya saat memvaksin Fika berbeda dari biasanya.
Ia juga sempat menanyakan kenapa dokter posisi gambar vaksin DPT berbeda dari brosur atau gambar biasanya, namun tidak digubris sang dokter saat itu.
"Tidak hanya harga yang buat saya curiga, brosur atau gambar vaksin yang diperlihatkan kesaya berbeda dari sebelumnya. Warnanya lebih mencolok," tambahnya.
Menurut Tina, sejauh ini Fika belum ada keluhan apa-apa terkait vaksin palsu yang diterimanya. Hanya saja ia mempertanyakan apabila benar Fika mendapat vaksin palsu lalu ingin di vaksin ulang apakah akan berpengaruh karena faktor usia yang sudah melewati masa vaksin.
"Sejauh ini Fika tidak ada keluhan apa-apa. Cuman saya masih mempertanyakan saja apabila benar Fika mendapat vaksin palsu lalu dilakukan vaksin ulang apa akan ada berpengaruh," katanya.