Dirut RS St Elisabeth: Kami Juga Korban Vaksin Palsu
Meski mengklaim jadi korban, pihak rumah sakit tetap bertanggung jawab terhadap pasien korban vaksin palsu.
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Direktur Utama RS St Elisabeth Bekasi, dr Antonius Yudiono, akhirnya menandatangani surat pernyataan pemenuhan tujuh tuntutan orang tua dari bayi dan anak diduga korban vaksin palsu.
Terlepas itu, ia mengklaim rumah sakit yang dipimpinnya juga korban dari pelaku distributor vaksin palsu.
Demikian dikatakan Antonius usai pertemuan dan penandatangan surat pernyataan di RS St Elisabeth, Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (16/7/2016) malam.
"Tidak hanya orang tua pasien, kami sendiri menjadi korban dari kejadian vaksin ini," ujar Antonius.
Meski mengklaim menjadi korban, Antonius menyadari pihaknya harus bertanggung jawab atas segala jenis dampak penggunaan vaksin palsu tersebut pada pasien.
"Kami akan akan vaksin ulang, juga pembayaran medical check up. Tapi, kami butuh bukti data yang sesuai untuk para orang tua pasien. Teknisnya nanti bisa dibicarakan dengan koordinator orang tua. Tentu kami akan bantu," sambungnya.
Antonius mengaku pihaknya baru mulai menggunakan dan memberikan vaksin palsu dari distributor tidak resmi, CV Azka Medika, sejak November 2015 atau sekitar delapan bulan.
Saat itu, pihaknya terpaksa menerima tawaran vaksin dari CV tersebut karena kekurangan stok vaksin. Itu dilakukan demi mengutamakan pelayanan ke pasien.
Namun, saat itu bagian pengadaan rumah sakit tidak melakukan pemeriksaan sehingga tidak diketahui keaslian vaksin tersebut.
Setidaknya ada 8 jenis atau item vaksin yang dipesan dari CV tersebut dengan harga sedikit lebih murah dari harga pasaran vaksin asli.
Sementara itu, perwakilan orang tua korban vaksin palsu RS St Elisabeth, Hutson Hutapea, menyatakan sudah menjadi kewajiban pihak rumah sakit atas kejadian pemberian vaksin palsu ke bayi dan anak.
Menurutnya, sudah menjadi tanggung jawab rumah sakit perihal asal-usul dan keaslian vaksin tersebut. Sebab, para orang tua korban pun kebanyakan awam dan tidak paham mengenai vaksin saat diberikan vaksin tersebut.
Sementara itu, seorang nenek bernama Karlita (57) menyebut dua cucunya, mengalami sakit-sakitan seperti flu, lebih setahun dan diduga akibat diberikan vaksin palsu saat beberapa vaksinasi.
Oleh karena itu, ia meragukan pengakuan pihak RS St Elisabeth perihal penggunaan vaksin palsu tersebut belum ada setahun.
"Jangan-jangan vaksin palsu ini sudah ada sejak rumah sakit ini berdiri. Coba, kalau kasus ini tidak dibongkar sama polisi, kita tidak tahu sampai kapan dikasih vaksin palsu," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.