Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bayar Vaksinnya Langsung ke Dokter, Suntiknya di Ruang Lain yang Kosong

Selain dokter Indra Sugiarno, dua dokter anak lainnya di RS Harapan Bunda, Ciracas, Jakarta Timur, disebut oleh para orangtua korban vaksin palsu

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bayar Vaksinnya Langsung ke Dokter, Suntiknya di Ruang Lain yang Kosong
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Petugas puskesmas memberikan vaksin kepada bayi di Puskesmas Kecamatan Ciracas, Jakarta, Senin (18/7/2016). Pemberian vaksin ulang ini digelar untuk anak-anak yang sebelumnya pernah diberikan vaksin palsu, dan vaksin uni akan diberikan secara bertahap. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Selain dokter Indra Sugiarno, dua dokter anak lainnya di RS Harapan Bunda, Ciracas, Jakarta Timur, disebut oleh para orangtua korban vaksin palsu, pernah memberikan vaksin palsu kepada anak mereka.

Dua dokter itu adalah dokter Dita Setiati, serta dokter Boby.

"Dokter anak Dita Setiati, adalah dokter perempuan yang kasih vaksin palsu ke anak saya. Sementara teman saya, anaknya dikasih vaksin palsu sama dokter laki-laki di RS Harapan Bunda, namanya dokter Boby," kata Lasminar (35), ibu yang anaknya mendapat vaksin palsu di RS Harapan Bunda pada Oktober 2015 lalu, kepada Warta Kota, Selasa (19/7/2016).

Menurut Lasminar, dokter Dita Setiati berpenampilan berjilbab. Meskipun begitu, katanya, sikap dokter Dita berbanding terbalik dengan penampilannya.

"Ihhh, dokter Dita itu sama sekali nggak ramah, ketus dan seadanya saja kalau meriksa anak. Saya kecewa layanannya. Tega sekali dia kasih vaksin palsu ke anak saya," kata Lasminar geram.

Lasminar menuturkan modus pemberian vaksin palsu ke anaknya oleh dokter Dita, dan anak rekannya yang ditangani dokter Boby di RS Harapan Bunda, adalah sama.

"Yakni kami disuruh bayar langsung ke dokter melalui suster. Jadi tidak ke kasir rumah sakit," kata Lasminar, yang tinggal di Hek, Kramatjati, Jakarta Timur.

Berita Rekomendasi

Menurut Lasminar saat itu, untuk sekali vaksinasi varicella bagi anak pertamanya, ia diminta membayar Rp 600.000.

"Jadi kalau saya bukan dokter anak bernama Indra Sugiarno, yang kini katanya sudah jadi tersangka kasus ini. Tapi dokter Dita itu," kata dia.

Karena hal itulah, kata Lasminar, ia yakin semua dokter anak di RS Harapan Bunda terlibat dalam kasus vaksin palsu ini, dan bukan hanya dokter Indra saja.

Lasminar menjelaskan anak pertamanya itu biasanya mendapat vaksinasi dari RS St Carolus. Namun saat itu di RS St Carolus, vaksin varicella sedang habis.

"Lalu suami saya menelepon RS Harapan Bunda, karena dekat dari rumah untuk menanyakan vaksin varicella," katanya.

Saat itu kata dia, pihak rumah sakit menyebutkan bahwa stok vaksin varicella atau cacar air di rumah sakit sebenarnya habis, tapi ada dokter yang punya vaksin itu secara pribadi.

Saat itulah, kata dia, pihak rumah sakit menawarkan apakah mau dengan vaksin yang dimiliki oleh sang dokter atau tidak, tapi bukan dari rumah sakit. Harga vaksinnya kata Lasminar sesuai tawaran pihak rumah sakit adalah Rp 600.000.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas