Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemahaman Secara Parsial itu Bahaya Bisa Timbulkan Kelompok Radikal kata KH Zakky Mubarak

elompok radikal selama ini hanya mengandalkan 'kulitnya' saja dan memutarbalikkan makna agama

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Pemahaman Secara Parsial itu Bahaya Bisa Timbulkan Kelompok Radikal kata KH Zakky Mubarak
www.josstoday.com
KH Zakky Mubarak 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kelompok radikal selama ini hanya mengandalkan 'kulitnya' saja dan memutarbalikkan makna agama untuk melancarkan propagandanya, bahkan mengkafirkan orang yang tidak sepaham. Demikian dikatakan Rois Syuriah PBNU DR. KH. Zakky Mubarak MA di Jakarta, Jumat (23/9/2016).

"Jelas pemahaman secara parsial itu bahaya karena bisa menimbulkan kelompok radikal lebih besar," ungkap Rois Syuriah PBNU DR. KH Zakky Mubarak MA di Jakarta, Jumat (23/9/2016).

Sesuai kaidahnya, lanjut Kiai Zakky, agama Islam terutama ayat-ayat Al Quran dan hadis pemahamannya harus lurus dan tidak seenaknya. Artinya, ada kaidah yang harus mengarahkan pada kebaikan dan membawa kemaslahatan pada umat.

Karena itu, untuk memahami agama Islam wajib belajar pada ahlinya yaitu kiai, ulama, ustadz, guru, dan dai. Tapi ahli itu pun harus jelas track record-nya, dimana pendidikannya dan latar belakangnya.

"Jangan belajar agama dengan membaca sendiri atau belajar dari teman. Juga jangan hanya kursus atau belajar agama seminggu dua minggu tapi sudah merasa alim itu bahaya. Agama Islam itu perlu didalami secara berkesinambungan sehingga agama itu jadi komprehensif dan secara keseluruhan, tidak parsial," tutur Dewan Pakar Masjid Agung Sunda Kelapa ini.

Kiai Zakky mengaku memiliki pengalaman berdialog dan berkumpul dengan kelompok radikal untuk memilih dan memilah ayat-ayat Al Quran dan hadits. Disitu mereka menyampaikan ayat dan hadits yang dianggap cocok dengan doktrin mereka, tapi yang tidak cocok mereka sembunyikan.

Saat dialog itu, Kiai Zakky memberikan pemahaman yang benar dengan menggunakan ayat-ayat serta hadits yang ringan agar seimbang. Dari situ, sebagian mereka bisa berubah.

BERITA TERKAIT

Selain itu, dari pengalamannya lama membina remaja masjid, remaja kampus, muslim kampus, Kiai Zakky juga memberikan pemahaman yang sama beserta penjelasan yang gamblang tentang makna ayat-ayat Al Quran dan hadits. Dari situ terjadi dialog sehingga mereka mengerti mana yang benar dan mana yang salah.

"Saya ambil contoh, orang yang tidak salat itu dianggap kafir. Tapi ada hadits lain yang menegaskan itu bukan kafir non muslim tapi umat muslim mengingkari salah satu kewajiban islam. Saya jelaskan bahwa yang membedakan muslim dan kafir itu bukan disitu, tapi dari kalimat syahadat. Kalau orang bersyahadat itu pasti muslim, tapi kalau tidak bersyahadat itu non muslim. Kalau urusan ibadah itu urusan dia dengan Allah. Itu menjadi gambaran bahwa masih banyak orang tidak tahu sehingga banyak yang kepleset," papar Imam Besar Masjid Arif Rahman Hakim Universitas Indonesia itu.

Disinilah, lanjut Kiai Zakky, peran ulama sangat penting. Artinya, ulama harus pro aktif memberikan pemahaman kepada umat, jangan seperti dulu dimana para ulama lebih banyak tawadhu (rendah hati) dan menunggu orang bertanya.

"Ulama, guru, ustadz, da'i harus pro aktif untuk menyelamatkan umat dari serbuan paham yang salah. Sudah bukan masanya ulama seperti dulu yang lebih banyak menunggu. Satu lagi, disamping berdakwah, ulama harus menulis melalui website, media sosial, dan media massa," kata Kiai Zakky.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas