Mulai Berubah Sejak 2013, Sultan Jadi Korban Cuci Otak
Bahkan Sultan diakui keluarga memiliki keahlian yang baik di bidang informatika.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dua orangtua dari Sultan Azanah (22) pelaku teror dan penyerangan tiga anggota polisi saat bertugas di Pos Lalu Lintas Cikokol, Tangerang Kota sudah diperiksa.
Bahkan tiga kakak dari Sultan, yakni kakak pertama seorang pedagang dan kakak kedua serta ketiga, adalah anggota Polri, juga sudah diperiksa.
Dari hasil pemeriksaan diketahui, keluarga menilai ada perubahan pada diri dan sikap Sultan sejak 2013 lalu.
Hingga akhirnya pada 2015, Sultan bergabung dengan sebuah pondok pesantren di Ciamis Jawa Barat, yang adalah jaringan dari Aman Abdurrahman.
"Yang dirasakan keluarga, ada perubahan dalam diri SA (Sultan) sejak 2013. Awalnya dia hidup normal, pernah mengikuti pendidikan kuliah juga," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar, Jumat (21/10/2016) di Mabes Polri.
Selesai kuliah, ternyata Sultan pernah juga bekerja sebagai karyawan di bidang programmer dan web desaign.
Bahkan Sultan diakui keluarga memiliki keahlian yang baik di bidang informatika.
"Awalnya memang pelaku ini hidup normal, punya keahlian informatika, seperti pemuda pada umumnya. Lalu dalam perjalanan, pengaruh teknologi ini menjembatani dia sampai ikut pergerakan-pergerakan," ujar Boy Rafli Amar.
Sehingga jenderal bintang dua ini meyakini, Sultan menjadi korban cuci otak dan berhasil didoktrin untuk melakukan penyerangan masif ke anggota Polri.
Mengingat usia Sultan masih 22 tahun, dimana itu adalah usia rentan yang gampang terpengaruh dengan hal-hal radikalisme.
"Kan tidak mungkin sengaja melakukan penyerangan pada anggota Polri. Pasti dia terprovokasi oleh hal yang keliru. Perjuangan keluarga sudah banyak untuk menyelamatkan, tapi kondisi dia sudah terpengaruh, siapa bisa menahan," kata Boy Rafli Amar.