Jika Ahok Jadi Tersangka, Perolehan Suara Bakal Anjlok
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sedang menghadapi permasalahan hukum. Mantan Bupati Belitung Timur itu diduga menistakan agama.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sedang menghadapi permasalahan hukum. Mantan Bupati Belitung Timur itu diduga menistakan agama.
Direktur Lembaga Survei Sinergi Data Indonesia, Barkah Pattimahu, memprediksi survei perolehan suara pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat akan mengalami penurunan.
Menurut dia, penurunan suara akan terjadi apabila aparat kepolisian menetapkan Ahok sebagai tersangka dan terbukti secara hukum melakukan penistaan agama. Namun, sampai saat ini hal tersebut belum terjadi.
Paslon nomor urut II itu masih mengungguli dua pasangan lainnya, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
"Sampai hari ini suara di angka 35 persen (suara Ahok-Djarot,-red) berdasarkan survei. Anis 20 dan agus 17 persen. Ini jawaban apa yang didapatkan di luar muncul suara, suara Ahok yang akan turun namun suara Ahok masih tinggi dibanding calon yang lain," ujar Barkah
kantor Sinergi Data Indonesia, Minggu (13/11/2016).
Dari hasil survei Sinergi Data Indonesia, sebesar 71,53 persen pemilih Jakarta memiliki tingkat toleransi tinggi. Ini berbanding 28,47 persen masyarakat toleransi rendah atau intoleransi.
Ini menguntungkan pasangan Ahok-Djarot dari hasil survei yang mendapatkan dukungan suara sebesar 42,04 persen dibandingkan Anies-Sandiaga sebesar 16,88 persen, dan Agus-Sylviana 13,38 persen.
Tetapi ini akan berubah apabila Ahok ditetapkan sebagai tersangka dan terbukti secara hukum. Sebab, masyarakat toleran itu juga melek hukum.
"Kalau Ahok ditetapkan tersangka dan itu terbukti secara hukum maka pemilih yang toleran itu juga akan toleran apa itu supremasi hukum. Ini bisa mempengaruhi suara Ahok sedikit menurun," kata dia.
Dia menjelaskan, analisa itu berkaca dari pengalaman Sinergi Data Indonesia menggelar survei pemilihan kepala daerah.
Menurut dia, pasangan calon mengalami masalah hukum dan ditetapkan sebagai tersangka akan mempengaruhi elektabilitas.
"Kemungkinan itu akan terjadi karena fakta dan pengalaman di lapangan calon yang tersangka dari kasus korupsi dan kemudian ditersangkakan akan memberikan dampak elektoral yang cukup buruk. Calon terkait hukum dan tersangka pengaruh elektabilitas," kata dia.