Kendaraan Amfibi Penyedot Lumpur Buatan Belanda Nyangkut di Kali Angke
Saat diujicoba diturunkan ke kali dengan penyedot lumpur, alat sedot lumpur justru tersumbat akibat banyaknya sampah kain.
Editor: Mohamad Yoenus
Dengan baling-baling tipe itu, semestinya alat tersebut bisa tetap bergerak di atas lumpur.
"Mungkin ini terlalu banyak sampah. Tak sanggup ini alatnya. Medannya terlalu berat untuk alat ini," kata operator alat berat dari UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Pemprov DKI Jakarta, Yudi ketika ditemui Wartakotalive.com di lokasi ujicoba, Kamis (5/1/2017).
Saluran Penghubung
Kepala UPK Badan Air Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan DKI Jakarta, Junjungan Sihombing, mengakui bahwa kali angke yang dipakai untuk ujicoba mesin itu termasuk memiliki medan berat.
"Terlalu banyak sampah kain di sana dan terlalu lebar kalinya," kata Junjungan ketika dihubungi Wartakotalive.com, sore ini.
Menurut Junjungan, di antara seluruh kali di Jakarta, kali yang melintas di wilayah Tambor memiliki kandungan lumpur yang unik. Berisi banyak bahan kain karena bertebaran usaha konveksi.
Junjungan mengatakan, alat itu memang kurang efektif apabila difungsikan di kali-kali besar.
"Alat ini sebenarnya conver mini. Lebih efektif digunakan di saluran penghubung dengan lebar dua sampai tiga meter," kata Junjungan.
Di saluran penghubung yang kebanyakan terletak di pemukiman padat, alat itu lebih mudah masuk ke kali ketimbang alat pengeruk besar.
Makanya, untuk ke depan, pihaknya akan mengujicoba alat itu di saluran-saluran penghubung.
Junjungan menambahkan, alat itu didatangkan untuk membantu mengeruk lumpur san membersihkan sampah di 119 saluran penghubung di DKi Jakarta.
"Kita lihat saja, kalau dua unit alat ini efektif bekerja di saluran penghubung, maka akan kita beli lagi. Ada 119 saluran penghubung yang butuh alat-alat seperti ini," kata Junjungan. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.