4 Cerita dari Kecelakaan Maut di Puncak: Panitia Pilkada DKI Jadi Korban hingga Firasat Buruk
Kecelakaan maut di jalur Wisata Puncak, Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur masih menyimpan banyak cerita
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Kecelakaan maut di jalur Wisata Puncak, Desa Ciloto, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur masih menyimpan banyak cerita, Minggu (30/4/2017).
Peristiwa nahas ini disebabkan oleh sebuah bus pariwisata, PO Kitrans, yang mengangkut 34 penumpang dari Bogor menuju Puncak Cianjur mengalami rem blong.
Kasat Lantas Polres Cianjur, AKP Erik Bangun menjelaskan, sekitar pukul 10.30 WIB bus bernopol B 7057 BGA itu bergerak dari arah Bogor menuju Cianjur.
Saat berada di lokasi kejadian, tepatnya di dekat Restora Bumi Aki, bus diduga tak dapat mengendalikan lajunya saat melintasi jalur menurun.
Menurut penuturan seorang korban, supir bus yang saat itu dalam keadaan panik berusaha mengerem menggunakan perseneling.
Namun, cara itu tidak bertahan lama, ketika perseneling habis, bus langsung menubruk kendaraan yang melintasi lokasi kejadian.
Delapan kendaraan ditabrak hingga enam di antaranya terperosok ke perkebunan warga, termasuk bus itu sendiri.
11 orang tewas dan 42 orang mengalami luka-luka akibat kecelakaan beruntun tersebut.
Ma Acih, seorang warga yang menjadi saksi tragedi ini, mengaku masih panik lantaran keluarganya menjadi korban kecelakaan tersebut.
Tak hanya itu, Ma Acih juga sempat melihat korban berterbangan setelah ditabrak bus.
Sementara itu, kejadian ini tampaknya juga menyeret seorang panitia Pilkada yang kebetulan ikut menumpangi bus tersebut.
Korban yang bergelimangan lantas meninggalkan beberapa cerita di balik kecelakaan maut ini.
Melansir dari Tribun Bogor, berikut 4 cerita yang terangkum pasca kecelakaan di Puncak Cianjur.
1. Bus Angkut Panitia Pilkada DKI
Bus Pariwisata Kitrans yang menjadi penyebab kecelakaan maut di Pincak Cianjur ini rupanya merupakan bus rombongan dari Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Rombongan tersebut diketahui akan melakukan gathering usai Pilkada DKI di sebuah villa yang terletak di kawasan Cianjur.
"Sebenarnya total ada dua bus, kalau yang satu sudah tiba di lokasi. Total peserta yang ikut sekitar 100 orang, saya sendiri dari TPS 36," ungkap salah seorang penumpang bus yang mengalami kecelakaan, Wawan Setyawan (39), seperti dikutip dari Tribun Bogor, Minggu (30/4/2017).
Menurut Wawan, sebelum akhirnya menabrak kendaraan-kendaraan yang melintas, bus sudah mengalami beberapa masalah sejak di Cibubur.
"Sejak dari Cibubur, busnya itu ngeremnya mendadak terus, pas sampai Puncak juga bus jalan pelan dan tidak berani menyalip," ujarnya.
Bersyukur, Wawan bisa keluar dari bus yang akhirnya terperosok ke perkebunan warga itu.
Ia bersama beberapa penumpang lain keluar melalui jendela yang pecah.
Lukanya pun tak begitu parah.
"Saya hanya luka lecet saja. Saat itu saya keluar dari kaca pecah dibantu petugas, dan langsung dibawa ke rumah sakit," urainya.
2. Supir dan Kenek Sempat Teriakkan Ini
Seorang penumpang bus yang selamat menceritakan, dirinya sudah memiliki firasat akan terjadi sesuatu sebelum bus yang dinaikinya mengalami peristiwa tragis.
Darmawan (60) yang juga merupakan KPPS Pilkada DKI Jakarta wilayah Kebayoran Lama, mengatakan sempat melihat supir kesulitan saat menginjak rem.
"Kebetulan saya duduk tepat di belakang sopir, dan saya sadar kalau sopir susah nginjak rem," ungkapnya kepada Tribun Bogor, Minggu (30/4/2017).
Sementara itu, Qodri, yang juga korban kecelakaan tersebut, mengaku, pada jarak beberapa ratus meter sebelum terjadi tabrakan, sopir bus sempat menginformasikan kepada penumpang bahwa rem blong.
"Sopir bilang rem-nya blong, saat lewat Puncak Pass, barulah setelah itu tabrak mobil di depan yang warnanya silver, ada dua itu," kata Qodri.
3. Wanita Hamil Nyaris Tewas, Kini Sang Suami Dihadapkan pada Pilihan yang Sulit
Hanifah (35) adalah korban tabrakan beruntun yang tengah mengandung sembilan bulan.
Saat itu, Hanifah yang sedang singgah di warung kopi milik saudaranya seketika disambar oleh bus yang hilang kendali.
Beruntung, Hanifah dapat diselamatkan dan segera dilarikan ke RSUD Cimacan Cianjur.
Namun, kisah selanjutnya justru lebih memilukan.
Tak hanya mengalami patah tulang leher, nyawa bayi di dalam kandungannya juga terancam.
Mengetahui peristiwa yang menimpa istrinya, sang suami, Ayep, segera mendatangi rumah sakit, tempat Hanifah dirawat.
Kini Ayep justru dihadapkan pada pilihan yang amat sulit.
Ia harus memilih satu antara istri atau anaknya yang masih dalam kandungan untuk diselamatkan.
"Jadi, kata dokter, kita harus pilih di antara dua, bayi atau ibunya," ungkap Ayep dengan lirih.
4. Firasat-firasat aneh
Beberapa kerabat korban tewas mengaku merasakan firasat aneh sebelum ditinggalkan oleh orang terdekatnya itu.
Siti Masitoh (48) misalnya.
Seorang ibu rumah tangga ini tak dapat diselamatkan setelah sebuah bus menabrak angkot yang ditumpanginya.
Saat itu, Masitoh tengah dalam perjalanan untuk berkumpul dengan teman-temannya.
Sahabatnya, Emi, mengatakan, beberapa hari terakhir, Masitoh menunjukkan sikap yang berbeda.
Sahabat SMA-nya itu sempat memosting tulisan-tulisan lewat media sosial Facebook-nya.
Emi bahkan sempat dibuat bingung dengan tulisan Masitoh.
Masitoh menuliskan kalimat 'rindu tak tersampaikan, dan 'hulang-huleung teu puguh, kudu k mana nya indit' yang bila diartikan dalam bahasa Indonesia 'bengong tidak karuan, harus pergi ke mana'.
"Jujur, saya tidak mengerti maksud dari tulisannya, tidak seperti biasanya, dan itu baru kemarin dia menulisnya," urainya dengan mata berlinang, sebagaimana dikutip dari Tribun Bogor.
Tak hanya Emi, Arie juga sempat merasakan firasat buruk sebelum ayahnya, Wagirun mengalami kecelakaan hingga merenggut nyawanya.
Arie mengaku, ayahnya tidak bisa tidur sampai pukul 03.00 WIB.
"Semalam bapak juga tidak tidur. Tidur jam tiga, kebangun terus," ujar Arie seperti dikutip dari Tribunnews.com.
Di samping itu, firasat buruk atas insiden ini juga dirasakan oleh warga yang berjualan di sekitar lokasi kejadian.
Ma Acih (78) mengatakan, bukan pertama kali melihat kecelakaan selama 25 tahun berjualan di lokasi tersebut.
Wilayah itu memang terkenal angker setelah berulang kali memakan korban.
Sehari sebelum insiden tersebut terjadi, Ma Acih dan cucunya melihat bola api terbang di lokasi kecelakaan kemudian mengarah ke kebun, tempat bus terperosok.
Tidak hanya itu, pagi harinya, sekita pukul 03.00 WIB, Ma Acih mendengar suara tangisan yang amat merintih.
Saking takutnya, ia sampai batal menanak nasi.
"Suaranya kedengarannya sedih banget, saya mau masak nasi sampai enggak jadi karena takut," katanya. (TribunWow.com/Maya Nirmala Tyas Lalita)