Penjaga Masjid di Terminal Kampung Rambutan Ini Sering Ditipu Pemudik Saat Arus Balik
"Ada yang minta ongkos, paling Rp 4.000, kehabisan kalau ada apa-apa, namanya di Jakarta orang mau tipu sudah banyak,"
Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Adiatmaputra Fajar Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penjaga Masjid di terminal Kampung Rambutan punya suka duka tersendiri selama bekerja menjelang lebaran dan arus balik.
Di Masjid Nurul Amanah, Abu Mutholib (60) bekerja selama 10 jam sejak pukul 11.00 WIB sampai 21.00 WIB.
Penuh kesabaran Mutholib melayani para pengunjung yang ingin menitipkan sepatu, tas, sampai HP untuk diisi batere.
Mutholib pun juga sigap dalam membersihkan sampah dan kotoran yang ditinggal para pemudik terutama saat arus balik.
Karena Masjid Nurul Amanah terbuka untuk umum selama 24 jam.
Semua pengunjung masjid selalu disapa ramah oleh Mutholib.
Senyuman hangat dengan logat sundanya yang khas diberikan kepada pengunjung terutama yang ingin menggunakan jasanya untuk menitipkan barang-barang mereka.
"Senyum kan ibadah," ujar Mutholib kepada Tribunnews.com, di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta, Minggu (2/7/2017).
Kesabaran Mutholib pun diacungi jempol.
karena saat arus balik, pria asal Garut tersebut mengaku sering ditipu pemudik.
Menggunakan alasan tidak punya uang untuk pulang ke rumah dari kampung halaman, para pemudik suka meminjam uang dari Mutholib.
Tanpa ada penolakan semua pemudik yang membutuhkan uang diberi Mutholib.
Jika tidak memiliki uang, Mutholib pun terpaksa menggunakan uang dari kotak amal untuk dipinjamkan kepada pemudik yang membutuhkan uang untuk naik angkutan umum.
Ternyata sudah banyak uang yang dipinjamkan Mutholib kepada para pemudik, namun tidak ada satu pun yang mengembalikannya.
"Saya ikhlas saja, Rp 10 sampai 20 ribu, kehabisan uang katanya. Tapi nggak bisa balik lagi," ujar Mutholib.
Menurut Mutholib aksi penipuan dengan modus meminjamkan uang dari masjid satu-satunya di Terminal Kampung Rambutan sudah menjadi hal biasa di ibukota.
Pria yang sudah bekerja selama delapan bulan itu mengaku sudah mengetahui sejak awal.
"Ada yang minta ongkos, paling Rp 4.000, kehabisan kalau ada apa-apa, namanya di Jakarta orang mau tipu sudah banyak," kata Mutholib.