Haji Lulung Beri Bantuan kepada Istri dan Anak Pria yang Dibakar Hidup-hidup
Aksi simpati untuk keluarga Siti Zubaidah (25), istri pria yang dibakar hidup-hidup, almarhum M Alzahra (35) terus mengalir deras
Editor: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi simpati untuk keluarga Siti Zubaidah (25), istri pria yang dibakar hidup-hidup, almarhum M Alzahra (35) terus mengalir deras.
Hari ini, Jumat (11/8/2017), giliran keluarga besar DPP Pemuda Panca Marga (PPM), juga turut menyampaikan simpati mendalam kepada Zubaidah yang tengah hamil anak kedua, dan anak pertamanya berusia empat tahun.
Ketua DPP PPM Abraham Lulung Lunggana didampingi Ketua Dewan Paripurna Nasional (Deparnas), DPP PPM, Harianto Bajuri secara simbolis memberikan bantuan sejumlah uang kepada Zubaidah, bertempat di Posko Relawan Suka Haji Lulung, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (11/8/2017) sore.
Haji Lulung menceritakan, inisiatif memberi bantuan bermula saat Harianto bersama dirinya melihat berita perihal adanya korban yang dibakar hidup-hidup.
Kemudian, keduanya berusaha mencari tahu nasib keluarga yang ditinggalkan korban.
"Kami tidak bisa diam melihat peristiwa kejahatan kemanusiaan seperti ini. Tadinya kami mau langsung mendatangi kediaman ibu Zubaidah, tapi karena Pak Harianto lagi sakit, beliau tidak bisa hadir. Akhirnya kita putuskan ketemu disini (posko Haji Lulung)," kata Haji Lulung saat ramah tamah menyambut kedatangan Zubaidah.
"Kami memberi bantuan kepada ibu Zubaidah murni karena kemanusiaan. Kita tahu, beliau baru saja kehilangan tulang punggungnya (suami) untuk selama-lamanya," ucap Ketua DPW PPP DKI Jakarta ini.
"Apalagi, kami mendengar Ibu sekarang sedang hamil. Semoga bantuan ini bisa sedikit membantu untuk biaya persalinan dan kebutuhan lainnya nanti," ujar Wakil Ketua DPRD DKI itu menambahkan.
Ditempat yang sama, Ketua Dewan Paripurna Nasional (Deparnas), DPP PPM, Harianto Bajuri mengungkapkan penyesalannya terhadap aksi brutal warga yang tega membakar hidup-hidup tulang punggung Zubaidah, setelah dituduh mencuri amplifier Musala Al-Hidayah di Babelan, Bekasi.
Dia mengaku tidak setuju dengan perlakuan brutal massa yang main hakim sendiri.
Harianto pun mengutuk keras pengadilan jalanan yang menurutnya adalah tindakan bar-bar sehingga merenggut nyawa seseorang yang belum tentu berdosa.
Menurutnya, kebiadaban massa yang main hakim sendiri tak bisa ditolerir dan melanggar HAM berat. "Pancasila tidak mengajarkan hal-hal begini. Semua ada aturan mainnya. Mari kita hormati proses hukum," katanya.
Selain itu, Harianto berpesan, agar nasib pendidikan anak-anak korban dijamin hingga selesai.
"Pertama, saya menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga ibu Zubaidah. Ibu yang sabar ya, tawakkal kepada Allah SWT. Insyaallah kami siap menanggung semua biaya pendidikan anak-anak Ibu hingga selesai," ucap Harianto sambil meneteskan air mata.
Tak lupa, sosok legendaris di tubuh Satpol PP ini meminta agar aparat penegak hukum memproses kasus tersebut hingga tuntas.
"Kami minta penegak hukum menuntaskan kasus ini agar pelakunya dihukum sesuai aturan yang berlaku. Ini adalah kejahatan kemanusiaan yang sangat kejam dan biadab. Tangkap dan penjarakan semua pelaku," tegas Harianto.
Adapun Zubaidah terharu dengan perhatian yang diberikan keluarga besar PPM kepada keluarganya. Dia menyampaikan terima kasih yang tiada tara atas kepedulian yang diberikan Haji Lulung dan Harianto Bajuri.
"Saya terima kasih banyak atas kepeduliannya. Saya sangat terharu, Pak Harianto yang sedang sakit saja masih punya rasa kemanusiaan. Ini adalah pelajaran berharga bagi kita semua. Semoga Pak Harianto Bajuri dan Haji Lulung selalu diberi kesehatan dan panjang umur," kata Zubaidah.
Dia berharap, nantinya anak-anak almarhum mendapat pendidikan yang baik di lingkungan pondok pesantren.
"Anak saya yang usianya baru 4 tahun, setiap maghrib selalu diajak sholat berjamaah ke masjid sama almarhum ayahnya. Makanya sekarang kalau adzan maghrib dia selalu menanyakan dan mencari ayahnya di mana? Ini yang membuat saya tidak kuat," ucap Zubaidah tak kuasa menahan tangis.
Saat ditanya perihal rencana untuk menafkahi anak-anaknya kelak, Zubaidah mengaku akan membuka warung kecil-kecilan di dekat rumahnya.
"Saya fokus lahiran dulu, nanti saya akan buka warung klontong untuk membiayai kebutuhan hidup dan biaya sekolah anak-anak," katanya.
Tak lupa, Zubaidah meminta kepada aparat penegak hukum agar para pengeroyok yang menewaskan suaminya diproses hukum secara adil.
"Kalaupun anggaplah suami saya bersalah, tetapi mestinya tidak diperlakukan dengan cara-cara begitu. Saya minta pelaku dihukum seumur hidup biar mereka tahu bagaimana rasanya ditinggal keluarga," katanya.
"Yang terpenting adalah, saya ingin suami saya ini adalah korban terakhir atas kesewenang-wenangan amukan massa," pungkasnya.
Diketahui, suami Zubaidah tewas dibakar hidup-hidup di Pasar Muara Bakti, Desa Muara Bakti, Babelan, Kabupaten Bekasi pada Selasa (1/8/2017) karena diduga mencuri amplifier milik mushala Al-Hidayah Kampung Cabang empat, Desa Hurip Jaya, Bekasi.
Penulis: Theo Yonathan Simon Laturiuw