Pemerintah Kota Bekasi Wajib Sediakan Transportasi Publik Terintegrasi
Calon Walikota Bekasi periode 2018-2023, Anggawira menyatakan dirinya sangat mendukung pembangunan Light Rail Train
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI -- Calon Walikota Bekasi periode 2018-2023, Anggawira menyatakan dirinya sangat mendukung pembangunan Light Rail Train oleh pemerintah pusat.
Menurutnya Kota Bekasi yang notabene penyumbang komuter tertinggi menuju Jakarta harus diimbangi dengan percepatan infrastruktur teknologi transportasi. LRT adalah salah satu solusi yang hendak ia gebrak percepatannya bila terpilih nanti dalam momentum Pilwakot Bekasi.
“Bekasi itu penyumbang komuter tertinggi ya, hampir 15 persen disusul Kota Depok mencetak sekitar 12 persen bangkitan komuter menuju Ibu Kota, dan Tangerang Selatan ketiga diantara daerah tetangga Ibukota. Maka LRT itu harus sesegera mungkin dikordinasikan percepatannya oleh Pemkot Bekasi, Pemkab Bekasi, Pemprov DKI Jakarta, dan Pemerintah Pusat,” kata Anggawira saat ditemui di Bekasi (28/08).
Pengusaha muda sekaligus akademisi Universitas Islam As-Syafiiyah Jakarta ini menuturkan, dirinya telah mengkaji beberapa survei mengenai kemacetan di Ibukota seperti survei dari UGM dan ITB yang menunjukan bahwa arus kemacetan kendaraan yang masuk ke Jakarta paling banyak berasal dari daerah Bekasi dan Cibubur, hingga begitu tinggi sebesar 64%.
“Saya ingin warga bekasi yang terpaksa mencari rezeki di Jakarta tidak habis waktunya di jalan, karena macet yang akut, dan waktu bersama keluarga semakin kurang. Saya pikir LRT itu salah satu solusi untuk mengurangi kemacetan dan cepat juga secara waktu, Bekasi menuju Jakarta bisa 30 menit,” imbuh Anggawira yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum DPP Gerindra Jawa Barat.
Pria yang pada pekan lalu berhasil mendulang suara terbanyak dalam Rakorcab Gerindra Kota Bekasi sebagai Calon Walikota Bekasi ini menjelaskan keunggulan LRT diantaranya, pembangunan bisa dilakukan dengan cepat sementara biaya perawatan lebih ringan dibanding monorel, jika monorel tidak bisa lewat persimpangan karena dibangun dengan beton sedangkan LRT bisa, lebih cepat secara waktu 80 km/jam, bisa terintegrasi dengan KRL Jabotabek.
“Beberapa belahan dunia pakai LRT untuk mengurai kemacetan. Contoh saja negara Singapura yang juga pakai alat transportasi ini,” pungkas Anggawira.