Bongkahan Tembok Berlin Sudah Tersimpan 27 Tahun di Indonesia
Bongkahan tembok yang berjuluk Antifascistischer Schutzwall atau Benteng Antifasis itu memang selama ini disimpan Teguh selama 27 tahun.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Dengan adanya kontribusi dari Seniman Teguh untuk kemajuan ibukota, Djarot pun mengapresiasi kepedulian tersebut.
Menurutnya, saat ini banyak masyarakat yang semakin peduli dengan keindahan dan pemanfaatan ruang publik.
"Saya terima kasih semakin banyak yang berkontribusi dan peduli, untuk memperkaya keindahan dan memperkaya RTH-RPTRA Kalijodo, dengan berbagai macam ornamen-ornamen," pungkas Djarot.
Pada kesempatan yang sama, Seniman pemilik bongkahan Tembok Berlin dan Patung Menembus Batas, Teguh Ostenrik bersyukur karena dirinya bisa memajang tembok dan patung karyanya pada ruang publik milik Pemprov DKI.
Pria lulusan Hochschulle der Künste, Berlin Barat, Jerman itu mengaku telah menunggu selama 27 tahun untuk bisa menemukan wadah yang tepat bagi kedua benda bernilai miliknya.
"Untung ada Pak Djarot, saya udah menunggu selama 27 tahun ini," kata Teguh.
Nantinya Bongkahan Tembok Berlin dan Patung Menembus Batas milik Seniman Teguh Ostenrik, akan diresmikan di RPTRA-RTH Kalijodo, pada Selasa, 3 Oktober mendatang, oleh Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.
Bongkahan Tembok Berlin tersebut memang memiliki arti yang begitu besar.
Selain bermakna dalam menyatukan bangsa, namun juga pemiliknya, yakni seniman Teguh Ostenrik harus merogoh uang sebesar 18 ribu Deutsch Mark (DM).
Jika dihitung secara rupiah, Teguh merogoh kocek nyaris Rp 150 juta untuk membawa benda bersejarah bagi masyarakat Jerman itu dari Berlin Timur ke Indonesia.
Bongkahan tersebut diperoleh pada 1990 silam, yakni sesaat setelah Pemerintah Jerman Timur memutuskan untuk merobohkan tembok pemisah itu pada 13 Januari 1990.