Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bongkahan Tembok Berlin Sudah Tersimpan 27 Tahun di Indonesia

Bongkahan tembok yang berjuluk Antifascistischer Schutzwall atau Benteng Antifasis itu memang selama ini disimpan Teguh selama 27 tahun.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Bongkahan Tembok Berlin Sudah Tersimpan 27 Tahun di Indonesia
Tribunnews.com/Fitri Wulandari
Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat saat ditemui usai meninjau peletakkan bongkahan Tembok Berlin dan Patung Menembus Batas di RPTRA-RTH Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (26/9/2017). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan alasan baru diletakkannya bongkahan Tembok Berlin di Ruang terbuka, khususnya di antara Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo.

Ia menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi secara kebetulan karena baru bertemu dengan sang Seniman pemilik bongkahan Tembok Berlin yang diruntuhkan pada 1990 silam.

Bongkahan tembok yang berjuluk Antifascistischer Schutzwall atau Benteng Antifasis itu memang selama ini disimpan Teguh selama 27 tahun.

"Ya kebetulan saja, kebetulan ketemu Pak Teguh, artinya (bongkahan) Tembok Berlin sudah beliau simpan selama 27 tahun," ujar Djarot, saat ditemui usai meninjau peletakkan bongkahan Tembok Berlin di RPTRA-RTH Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (26/9/2017).

Djarot pun menuturkan, hasrat sang seniman untuk berkontribusi dalam mempersatukan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta mendapatkan wadah.

Bongkahan Tembok Berlin dan Patung Menembus Batas milik seniman Teguh kini diletakkan di RPTRA-RTH Kalijodo.

Berita Rekomendasi

"Ternyata momentumnya tepat, dimana kita letakkan (di Kalijodo) ya," jelas Djarot.

Mantan Wali Kota Blitar itu pun kembali mengingatkan seluruh warga DKI tentang perubahan yang terjadi di lokalisasi Kalijodo.

Lokasi itu kini tah 'berubah wajah' menjadi ruang publik yang bermanfaat bagi masyarakat.

"Dan ingat bahwa daerah yang (sebelumnya) remang-remang penuh dengan kemaksiatan, penuh dengan kegelapan (seperti Kalijodo), itu bisa kita buat untuk daerah yang terang benderang dan bermanfaat," tegas Djarot.

Ia menyebut Kalijodo kini bisa memberikan pendidikan dan manfaat bagu masyarakat, seperti yang telah diperjuangkan oleh Gubernur DKI sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Saat itu Ahok, kata Djarot mencangangkan rencana tersebut pada saat menertibkan lokalisasi Kalijodo.

"Betul-betul bisa memberikan pendidikan dan bisa dinikmati oleh warga masyarakat, itulah sebetulnya yang diperjuangkan oleh Pak Ahok, ketika itu berdiskusi dalam menertibkan lokalisasi Kalijodo itu," kata Djarot.

Dengan adanya kontribusi dari Seniman Teguh untuk kemajuan ibukota, Djarot pun mengapresiasi kepedulian tersebut.

Menurutnya, saat ini banyak masyarakat yang semakin peduli dengan keindahan dan pemanfaatan ruang publik.

"Saya terima kasih semakin banyak yang berkontribusi dan peduli, untuk memperkaya keindahan dan memperkaya RTH-RPTRA Kalijodo, dengan berbagai macam ornamen-ornamen," pungkas Djarot.

Pada kesempatan yang sama, Seniman pemilik bongkahan Tembok Berlin dan Patung Menembus Batas, Teguh Ostenrik bersyukur karena dirinya bisa memajang tembok dan patung karyanya pada ruang publik milik Pemprov DKI.

Pria lulusan Hochschulle der Künste, Berlin Barat, Jerman itu mengaku telah menunggu selama 27 tahun untuk bisa menemukan wadah yang tepat bagi kedua benda bernilai miliknya.

"Untung ada Pak Djarot, saya udah menunggu selama 27 tahun ini," kata Teguh.

Nantinya Bongkahan Tembok Berlin dan Patung Menembus Batas milik Seniman Teguh Ostenrik, akan diresmikan di RPTRA-RTH Kalijodo, pada Selasa, 3 Oktober mendatang, oleh Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.

Bongkahan Tembok Berlin tersebut memang memiliki arti yang begitu besar.

Selain bermakna dalam menyatukan bangsa, namun juga pemiliknya, yakni seniman Teguh Ostenrik harus merogoh uang sebesar 18 ribu Deutsch Mark (DM).

Jika dihitung secara rupiah, Teguh merogoh kocek nyaris Rp 150 juta untuk membawa benda bersejarah bagi masyarakat Jerman itu dari Berlin Timur ke Indonesia.

Bongkahan tersebut diperoleh pada 1990 silam, yakni sesaat setelah Pemerintah Jerman Timur memutuskan untuk merobohkan tembok pemisah itu pada 13 Januari 1990.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas