Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Murid SD yang Diledek Mirip 'Ahok' Sudah Dapat Sekolah Baru

Kasus perundungan terhadap anak siswa kelas 3 SD yang terjadi di Jakarta Timur beberapa waktu lalu akhirnya berakhir damai.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Murid SD yang Diledek Mirip 'Ahok' Sudah Dapat Sekolah Baru
KOLASE / NET via Tribunwow
Josep Sebastian Zebua 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus perundungan terhadap anak siswa kelas 3 SD yang terjadi di Jakarta Timur beberapa waktu lalu akhirnya berakhir damai.

Namun walau berakhir damai, korban perundungan memutuskan untuk pindah sekolah. Karena korban mengalami trauma.

Terkait hal tersebut KPAI akan meminta pihak sekolah dan Dinas Pendidikan membantu sesuai tupoksi masing-masing.

"Yang pasti, pihak sekolah sudah menyatakan ke KPAI bahwa jika ananda SB masih mau bersekolah di SDN Pekayon maka pihak sekolah menyambut dengan hangat, dan jika ingin pindah sekolah maka pihak sekolah juga siap membantu," Retno Listyarti, Komisioner KPAI bidang pendidikan dalam keterangannya, Kamis (2/11/2017).

Dari penelusuran KPAI, memang bully berupa kekerasan verbal dengan julukan “AHOK” terjadi, bahkan ananda SB sejak kelas 1 (satu) memang sudah dijuluki Ahok, diduga hal tersebut terjadi karena SB secara fisik memang putih, sipit dan ganteng.

Baca: Beberapa Kejanggalan Terkait Aksi Bully Anak SD Mirip Ahok, Korban Sempat Beri Pengakuan Ini

Saat itu, julukan Ahok dirasa positif karena pada 2015 tersebut, Ahok adalah Gubenur yang banyak mendapatkan pujian.

Berita Rekomendasi

Kondisi tersebut memang dibiarkan oleh guru kelas dan guru agama karena menganggap panggilan itu bukan bully.

Namun, pasca Pilkada panggillan Ahok terhadap ananda SB terlontar jika SB melakukan suatu keisengan terhadap teman-teman nya di kelas, dimana teman yang di jahili tersebut kesal.

Saat itulah terlontar kata dasar Ahok. KPAI menilai bahwa disinilah letak bully tadi, dimana makna nama Ahok yang sebelumnya positif kemudian bergeser menjadi bermakna negatif.

Kasus ini dapat menjadi pembelajaran bersama bagi sekolah maupun Dinas Pendidikan untuk evaluasi menyeluruh, terutama di sekolah-sekolah negeri, tidak hanya di sekolah tempat ananda SB bersekolah tapi seluruh sekolah di semua jenjang pendidikan untuk membangun Sekolah Ramah Anak (SRA) dan memperkuat nilai-nilai kebangsaan serta menyemai keragaman.

Semantara itu Albina Averina Zaluku selaku orangtua korban mengaku saat jadi anaknya sudah pindah sekolah dan telah mendapatkan sekolah baru.

Bahkan ia pun berharap disekolah yang baru ini tidak terjadi hal seperti itu kembali.

"Iya akhirnya kami pindah, dan sekrang sudah dapat sekolah baru, hari ini sudah masuk sekolah. Kasihan anaknya sudah dua minggu tidak masuk, kasihan kan masa depannya kalo gak sekolah," katanya.

Penulis: Joko Supriyanto

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas