Tanggapan Manajemen Kereta Commuter Line tentang 17 Stasiun Jadi Biang Kemacetan
"Saya akan sedikit mengoreksi statement dari rekan-rekan media, karena saya sempat baca ada berita yang ditulis '17 Stasiun Bikin Macet.'"
Editor: Choirul Arifin
Laporan reporter Warta Kota, Rangga Baskoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Muhammad Nurul Fadhila berkelakar saat menanggapi pernyataan sebuah media online, yang menyebutkan 17 stasiun diklaim jadi biang kemacetan.
"Saya akan sedikit mengoreksi statement dari rekan-rekan media, karena saya sempat baca ada berita yang ditulis '17 Stasiun Bikin Macet'. Menurut saya agak kurang pas kalimat itu, mohon maaf kalau saya koreksi," ujar Fadhila saat konferensi pers di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kamis (4/1/2017).
Hal itu lantaran dirinya merasa kemacetan yang terjadi di luar stasiun bukanlah tanggung jawab PT KCI, karena terdapat sejumlah stakeholder yang lebih berwenang untuk mengomentari hal tersebut.
Dia berkelakar, jika sejumlah pihak memang sepakat dikatakan bahwa KRL menjadi sumber kemacetan di 17 stasiun, dirinya pun siap mengurangi jumlah perjalanan KRL Commuter Line.
Baca: Penjualan Melonjak 54 Persen, Mercedes-Benz dan Fuso Aspalkan 37.600 Unit Truk Baru di Indonesia
"Kalau itu sepakat dikatakan bahwa penumpang KRL yang bikin macet, ya saya akan kurangi perjalanannya. Bagi kami, bukan itu permasalahannya, karena kami mengangkut penumpang membantu pemerintah. Pada saat penumpang itu butuh angkutan lanjutan, ya jangan dibalikkan ke kami. Bukan saya enggak mau tahu ya, tapi memang seperti itu tupoksinya," selorohnya.
Karena itu, ia meminta dinas terkait untuk membenahi hal tersebut. Namun, sekali lagi ia menegaskan siap untuk mengurangi jumlah perjalanan KRL, apabila pihaknya disebut-sebut menjadi biang kemacetan.
"Ya mohon dinas terkait yang mengatur lalu lintas dan terkait hal itu, ya mohon bekerja. Tapi sebaliknya, kalau memang KRL mengangkut banyak orang dan menyebabkan kemacetan dan kita sepakat akan hal itu, ya saya kurangi perjalanannya. Artinya suplai kereta di setiap stasiun akan berkurang dan orang-orang akan pindah ke jalan raya. Pilihannya sih begitu saja," papar Fadhila.
Penulis: Rangga Baskoro