Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Nenek Berumur 101 Tahun Hidup Sebatangkara, Jual Kopi di Pasar, Banyak Pelanggan Tak Bayar

Sekitar tiga puluh tahun lalu ia memberanikan seorang diri datang ke Jakarta untuk mengadu nasib.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Cerita Nenek Berumur 101 Tahun Hidup Sebatangkara, Jual Kopi di Pasar, Banyak Pelanggan Tak Bayar
Warta Kota
Nenek Suhartin yang akrab dipanggil Nek Tin saat ditemui di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1, Cipayung Jakarta Timur, Jumat (5/1/2018). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nenek Suhartin yang akrab dipanggil Nek Tin, lahir di Kota Solo pada tahun 1916 silam.

Sekitar tiga puluh tahun lalu ia memberanikan seorang diri datang ke Jakarta untuk mengadu nasib.

Hidup sebatang kara tanpa memiliki keluarga, Nek Tin yang berumur 101 tahun ini menyewa selahan tanah dan membuat gubuk kecil di Jalan Kelapa Hijau, Utan Kayu, Matraman Jakarta Timur.

Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Nek Tin berjualan rokok, kopi, gula dan beberapa makanan lain di sekitar pasar Palmeriam dan Pasar Burung Jakarta Timur.

"Saya dagang rokok, kopi, gula, segala rupa di Pasar Palmariam sampai pasar Burung setiap hari," ujarnya lirih saat ditemui di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1, Cipayung Jakarta Timur, Jumat (5/1/2018).

Baca: Hidup Sebatang Kara dan Miskin, Nenek Julaeha cuma Makan Daun Dicampur Garam

Nek Tin menarik nafas dan mengatakan bahwa masih banyak orang-orang yang belum membayar dagangannya sampai uangnya habis dan tidak berdagang dalam beberapa hari.

Berita Rekomendasi

"Banyak yang hutang terus kabur enggak bayar, jadi saya enggak dagang sampai sebagian ada yang bayar. Soalnya duitnya ente buat makan," sambung Nek Tin.

Ia pun menceritakan tahap demi tahap secara detail bagaimana dirinya bisa sampai di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) ini.

"Pagi hari ada pegawai kelurahan datang pakai mobil ngajak saya ke tempat yang saya enggak tau. Waktu mereka datang, saya sedang nuang air dari termos mau bikin teh, lagi bikin tempe bacem, udah beli kerupuk sama beli mangga," ucapnya.

Nek Tin pun menurut ikut karena berfikir hanya diajak pergi sebentar saja.

Namun nyatanya ia tidak bisa kembali lagi ke rumahnya, padahal makanan yang ia masak masih utuh di atas meja.


"Saya kira cuma sebentar, enggak taunya udah empat bulan di sini. Padahal semua masakan saya masih ada di meja, belum sempat dimakan. Pakaian saya ada banyak, semua masih ketinggalan disana," ungkapnya.

Selama dua hari, Nek Tin ditempatkan di penampungan sementara PSBI bersama sepuluh orang lainnya.

"Waktu pertama datang saya enggak duduk disini, ditaruh dulu di sana (PSBI) kira-kira orang sepuluh. Enam cuma tidur enggak bisa apa-apa, dan yang masih punya tenaga orang empat," sambungnya.

Ia mengingat bahwa dalam waktu dekat ada rencana bangunan rumahnya akan digusur dan ia akan mendapat penggantian sebesar Rp 2.000.000.

Namun sayangnya sebelum semua terlaksana, ia sudah dibawa ke PSTW.

Ketika ditanya bagaimana rasanya tinggal di PSTW, ia pun menjawab, "Dikata enak ya enak, dikata enggak enak ya bagaimana orang udah terlanjur disini," ucapnya.

Pertama datang ia sempat menangis karena ingat rumah dan tetangganya, lalu petugas memberikan pengertian secara baik sehingga Nek Tin mengerti tujuan baik dari petugas.

"Saya mau pulang tapi udah keder jalannya. Walaupun di sini temennya banyak, di rumah tetangga saya lebih banyak. Baik-baik, suka nolong. Suka tanya ada minyak apa enggak, ada makanan apa enggak. Nanti mereka yang belikan," ucapnya lirih.

Ia mengatakan rindu dengan radio kesayangannya yang tertinggal di rumah.

Karena ia tinggal sendiri, hanya radio itu yang setiap hari menemaninya.

"Saya sudah sebatangkara, anak enggak punya, saudara enggak punya, orangtua juga enggak punya. Saya cuma punya radio kecil yang setiap hari nemenin saya dirumah," katanya.

Nek Tin juga bercerita bisa membuat batik, menenun, menjahit pakai mesin bahkan menari tradisional.

"Saya juga masih bisa joget, namanya tari jowo, lagunya juga lagu jowo," ucap Nek Tin sambil tertawa.
Dengan gesit dan penuh semangat, Nek Tin memperagakan tarian yang ia kuasai.

Kini Nek Tin akan menetap dan dirawat oleh PSTW Budi Mulia 1 serta diberi kegiatan seperti senam, merajut, bernyanyi bahkan berjoget agar tidak jenuh dan depresi. (M16)

Penulis: Anggie Lianda Putri

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas