Pergelaran Tari Nusantara dan Mataya Langen Swara Bhisma Dwijatama untuk Kenang Almarhum Sampurno
Seni diharapkan dapat menjadi instrumen menumbuhkan jiwa dan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, dan kekeluargaan.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seni diharapkan dapat menjadi instrumen menumbuhkan jiwa dan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, dan kekeluargaan.
“Berkesenian itu membuat kita merasa lebih dekat satu sama lain secara batin. Tidak pernah pudar. Baik oleh waktu, situasi, kondisi, dan oleh pengaruh apapun,” ungkap Sarasmani Sampurno ditemui di ruang perpustakaan, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Senin (08/1/2018).
Semangat kebersamaan, dan kekeluargaan itu rupanya memendam rindu, membuncah haru. Ia hadir mengenang sosok yang menginspirasi. Rindu yang tak terlihat, namun sesungguhnya ia ada.
“Inilah yang kami rasakan. Selama 18 tahun berpisah, kemudian kami berkumpul. Pada 11 April 2017 tepat 18 tahun wafatnya Pak Sampurno. Pada saat itu kami berkumpul dengan beberapa teman-teman. Kemudian Sulistyo Tirtokusumo mencetuskan gagasan memperingati wafatnya almarhum Sampurno, SH. Mengilas balik berbagai kegiatan bapak yang meninggalkan kesan-kesan mendalam,” papar istri almarhum Sampurno SH, ini.
Sampurno, SH, merupakan pendiri wadah seni “Pelangi Nusantara” Taman Mini Indonesia Indah (PN-TMII). Memimpin sejumlah misi kesenian Indonesia ke luar negeri.
“Sebagai duta bangsa Indonesia, team ‘Pelangi Nusantara’ yang dipimpin bapak, banyak mendapat tanggapan baik dari masyarakat dunia,” terang Sarasmani.
Sebagai bentuk penghormatan dan peringatan pada sosok Sampurno, maka digagas ‘Pergelaran Tari Nusantara dan Mataya Langen Swara Bhisma Dwijatama’ yang akan digelar di Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (28/01/2018) mendatang, pukul 20.00 WIB.
Pergelaran kolosal yang diselenggarakan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Sekar Budaya Nusantara, pimpinan Nani Soedarsono ini, melibatkan para seniman tari dedikatif dan tokoh-tokoh seni, antara lain; Sulistyo Tirtokusumo, Sentot Sudiharto, Irawati Durban, Bulantrisna Djelantik, Elly D. Lutan, Dewi Sulastri, Blacius Subono, Ali Marsudi, Wasi Bantolo, Agus Prasetyo, Ida lala, Teguh Kenthus Ampiranto, Nanang Ruswandi, Rury Avianti, Irwan Riyadi. Didukung para senimaan Wayang Orang Bharata, dan penggiat seni dari Diklat Bina Seni Atmaja Pelangi Nusantara TMII.
Sampurno Sosok Inspiratif
Sampurno telah bekecimpung dalam kesenian, khususnya seni tari, sejak perang kemerdekaan Republik Indonesia, tahun1945.
Pada era kepemimpinan Presiden Ir. Soekarno, Sampurno, dipercaya menjadi Atase Kebudayaan Republik Indonesia, di Norwegia dan Kuala Lumpur Malaysia.
Sarasmani menceritakan, pada usia yang ke-16 -- seperti halnya pemuda-pemuda Indonesia yang lain -- Sampurno ikut berperang melawan Belanda dan kemudian menjadi Militer.
“Tapi hati bapak rupanya lebih terpanggil menuju ke arah seni budaya,” katanya.
Di masa Pemerintahan Presiden Soeharto, Sampurno pernah bertugas sebagai Direktur Pendidikan Kesenian, dilanjutkan sebagai Direktur Pengembangan Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, selama 12 tahun.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.