Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Revitalisasi Kali Besar Libatkan Arkeolog dan Arsitek

Revitalisasi Kali Besar yang diresmikan Djarot ternyata tak memiliki rekomendasi teknis dari tim sidang pemugaran dan tim ahli cagar budaya Pemprov.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Revitalisasi Kali Besar Libatkan Arkeolog dan Arsitek
WARTA KOTA/ALEX SUBAN
Pekerja beraktivitas di proyek revitalisasi Kali Besar di Jalan Kali Besar Barat, di kawasan wisata Kota Tua, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, Rabu (23/8/2017). 

Laporan Reporter Wartakotaive.com, Theo Yonathan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Program Revitalisasi Kali Besar Fase 1 yang ditetapkan pada era Gubernur  Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ternyata menuai masalah.

Tim sidang pemugaran dan Tim Ahli Cagar Budaya Pemprov DKI (TSP-TACB) menganggap program itu mengubah wajah Kali Besar dari wujud aslinya.

Revitalisasi Kali Besar yang sudah diresmikan Djarot Saiful Hidayat ternyata tak memiliki rekomendasi teknis dari tim sidang pemugaran dan tim ahli cagar budaya Pemprov DKI (TSP-TACB).

Djarot meresmikan revitalisasi Kali Besar fase 1 ditengah berjalannya pengerjaan pada 5 Oktober 2017 lalu.

Fase 1 merupakan revitalisasi antara ruas Kali Besar-Jalan Bank -Jalan Kopi. Fase 2 meliputi ruas Kali Besar-Jalan Kopi-Jembatan Kota Intan.

Sampai kini pengerjaan revitalisasi fase 1 masih terus berlangsung dan dipastikan bakal meminta tambahan waktu untuk penyelesaian fase 2.

Berita Rekomendasi

Baca: Petugas Mulai Mengecat Jalur Khusus Motor yang Boleh Lewat Jl MH Thamrin

Baca: Wajah Tegang Idrus Marham Saat Upacara Pelantikan Seketika Cair dan Banyak Menebar Senyum

Djarot meresmikan jembatan buatan atau tambahan di lokasi fase 1 itu menjelang masa jabatannya sebagai gubernur berakhir.

Hal ini cukup membuat sakit hati TSP-TACB Pemprov DKI yang berisi arkeolog.

"Revitalisasi Kali Besar tak mendapat rekomendasi teknis dari TSP-TACB Pemprov DKI," kata Candrian Attahiyyat ketika dihubungi Wartakotalive.com, Selasa (16/1/2018).

Candrian mengakui sebelumnya revitalisasi Kali Besar sempat dihentikan dan dilakukan penyesuaian desain.

Desain yang disesuaikan adalah desain perencana revitalisasi Kali Besar dengan keinginan TSP-TACB Pemprov DKI.

Kesimpulannya, perencana cenderung melakukan revitalisasi. Sedangkan TSP-TACB menginginkan cukup dilakukan restorasi di Kali Besar.

Perencana mengubah jalan dan kali besar menjadi taman kali besar. Itu tak sesuai dengan konsep pelestarian cagar budaya yanh dipegang teguh arkeolog TSP-TACB.

"Kami juga tak tahu mengapa nama proyeknya bisa revitalisasiKali Besar," kata Candrian.

Desain perencana yang diprotes TSP-TACB adalah terkait perubahan fungsi kali menjadi kolam, menambah jembatan baru (yang diresmikan Djarot) dan desain pembuatan jalan berkelok-kelok.

Tapi rapat penyesuaian desain antara perencana dan TSP-TACB berakhir buntu.

TSP-TACB akhirnya memilih tak memberikan rekomendasi teknis terhadap pembangunan fase 1 revitalisasi Kali Besar.

Kini TSP-TACB tak mau kecolongan lagi dalam perencanaan fase 2 (Jalan Kopi-Jembatan Kota Intan) revitalisasi Kali Besar.

Pemprov DKI lewat Asisten Pembangunan, Gamal Sinurat kini terus berusaha mendudukkan bersama TSP-TACB berisi arkeologdengan perencana (arsitek) untuk menemukan titik tengah terkait revitalisasi Kali Besar.

Revitalisasi Kali Besar merupakan proyek yang menggunakan dana KLB Sampoerna Land sebesar Rp 700 milliar.

Proyek ini direncanakan sejak 2015 oleh Ahok. Tahun 2016 mulai dilaksanakan dan sampai 2017 tak juga selesai karena arkeologvs arsitek terus beda pendapat soal revitalisasi Kali Besar.

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas