Bidan Indonesia Siap Cegah Gizi Buruk di Masyarakat
Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 Januari adalah momentum yang tepat bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama memberik
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hari Gizi Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 Januari adalah momentum yang tepat bagi seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama memberikan perhatian kepada upaya preventif dan promotif dalam pencegahan dan penanganan masalah gizi.
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI) mengatakan bahwa anggota IBI siap bekerja sama untuk mengatasi masalah gizi buruk pada anak yang kembali muncul di berbagai wilayah di Indonesia.
"Masalah gizi anak yang muncul kembali di beberapa wilayah ini cukup memprihatinkan karena sejatinya persoalan gizi ini bisa dicegah melalui edukasi dan penanganan komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak. Tentu untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak serta mengatasi gizi buruk yang kami segenap Pengurus dan anggota IBU siap membantu,” ungkap Ketua umum PP IBI Emi Nurjasmi didampingi Sekjen PP IBI, Tuminah Wiratnoko, Sabtu (20/1/2018) malam.
Emi menuturkan, anggota IBI saat ini lebih dari 200 ribu bidan yang tersebar di seluruh penjuru tanah air. Selama puluhan tahun bidan merupakan salah satu profesi yang menjadi garda terdepan dalam penanganan persoalan gizi dan kesehatan ibu dan anak di Indonesia.
Baru- baru ini muncul berita terjadinya balita gizi buruk di Kendari, Sulawesi, maupun di Asmat, Papua. Kejadian ini menimbulkan keprihatinan di kalangan pemangku kepentingan yang bergerak di ranah kesehatan.
Tugas utama bidan memang untuk memberikan pertolongan kelahiran kepada masyarakat, namun selain itu, bidan juga mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat.
"Kami di IBI siap mewujudkan bidan profesional berstandar global dengan memberikan pelayanan berkualitas kepada masyarakat,” kata Emi.
Bidan Erma, anggota IBI dari Maluku menyatakan, tantangan bidan tak hanya menyelamatkan ibu melahirkan. Bidan paruh baya ini menuturkan alam Maluku yang masih terisolir membuat tantangan seorang bidan menjadi bertambah.
Masalah gizi ibu seperti kekurangan zat besi dan zinc menjadi penyebab anemia dan pendarahan pada waktu persalinan.
"Kami memberikan penyuluhan tentang pentingnya gizi bagi ibu hamil. Selain menyelamatkan ibu melahirkan, kami juga harus bertarung dengan sulitnya medan yang kami lalui, dimana transportasi umum belum tersedia," ujarnya.
Keadaan yang sama juga dihadapi banyak bidan yang bertugas di wilayah pelosok yang minim infrastruktur serta fasilitas layanan kesehatan.
"Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yang dicanangkan oleh pemerintah menjadi momentum bagi seluruh komponen bangsa untuk bahu membahu membangun dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kami Pengurus Pusat hingga Pengurus Cabang IBI akan siap mensukseskan program GERMAS ini demi mewujudkan generasi Indonesia emas di tahun 2045," demikian Emi.