KPAI: Anak-anak Korban Kebakaran Tamansari Ternyata Menyimpan Dendam kepada Pelaku
KPAI meninjau kondisi anak-anak korban kebakaran besar di Krukut, Tamansari, Jakarta Barat, yang terjadi pada Sabtu (25/1) lalu
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meninjau kondisi anak-anak korban kebakaran besar di Krukut, Tamansari, Jakarta Barat, yang terjadi pada Sabtu (25/1) lalu.
Komisioner KPAI bidang Pendidikan, Retno Listyarti, mengatakan ternyata anak-anak menyimpan dendam dan amarah kepada pelaku pembakaran, yakni Sony, pria yang diketahui stres.
Baca: Remaja Pecandu Sabu Tertembak Saat Penggerebekan
Rasa dendam dan amarah ini tertangkap dari perbincangan anak-anak atau ketika ditanya kondisi mereka pasca kebakaran.
"Secara psikis memang ini kan pelaku kabarnya membakar kasur di lantai dua, kabarnya masalah keluarga, tapi akhirnya membakar rumah warga. Cerita ini didengar oleh anak-anak, sehingga anak-anak mengalami dendam kepada pelaku," ujar Retno, di Krukut, Tamansari, Jakarta Barat, Selasa (30/1/2018).
Retno menyatakan salah satu alasan mengapa anak-anak tersebut memendam rasa dendam dan amarah, adalah para orang tua.
Menurutnya, kemarahan orang tua yang juga kecewa dan kesal karena rumahnya lenyap, ditularkan ke anak-anaknya. Penularan ini terjadi bisa secara sadar maupun tidak sadar ketika orang tua berinteraksi dengan anak-anaknya mengenai kebakaran yang melanda rumah mereka.
"Kemarahan orang tuanya ditularkan ke anak-anak, jadilah mereka dendam karena itu. Mereka jadi kayak begini gara-gara orang itu (Sony), itu terpatri betul di kepala anak-anak," ungkapnya.
Oleh karena itu, Retno melalui KPAI akan meminta pada Kementerian Sosial, untuk menyelenggarakan Psikososial kepada anak-anak korban. Tujuannya, agar proses integrasi sosial segera dapat terlaksana tanpa menghambat tumbuh kembang anak.
Selain itu, kata Retno, KPAI juga akan meminta P2TP2A Provinsi DKI Jakarta untuk menyediakan konser dan assessment lanjutan serta kegiatan trauma healing.
"Nanti anak-anak dihibur dulu, nanti kalau ada masalah-masalah yang harus butuh psikolog ada pendampingan juga," pungkasnya.