Manto Setia Dampingi Istri Sakit Saat Evakuasi Banjir di Pejaten Timur
Manto sekeluarga akhirnya berhasil dievakuasi petugas SAR, pada Senin malam (5/2/2018) sekitar pukul 21.15 WIB.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com,Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Manto sekeluarga akhirnya berhasil dievakuasi petugas SAR, pada Senin malam (5/2/2018) sekitar pukul 21.15 WIB.
Sang istri Tukinem (62) diketahui sudah sejak lama sakit.
"Pak Manto, pak tolong ibunya diberi minum sejenak," ujar petugas kesehatan yang berada di lokasi penampungan warga terdampak banjir di wilayah Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Manto pun terlihat sergap membantu Tukinem untuk membangunkan tubuh Tukinem yang lemah, memberikan obat, serta menegukan segelas teh hangat untuk istri yang dinikahinya sejak tahun 1970.
"Saya dredek, menggigil juga," ucapnya lega saat Tribun menemuinya.
Baca: Ini Sejumlah Wilayah yang Terendam Banjir Di Jakarta Timur
Baju garis-garisnya terlihat basah, ia mengatakan ia tak sempat lagi membawa baju untuknya, yang ia ingat, hanya menyelamatkan keluarga kecilnya dan membereskan sedikit pakaian untuk istri dan kedua anaknya.
Warga RT 5 RW 8 ini mengisahkan, ia menelepon saudaranya untuk bisa menerima bantuan evakuasi dari Tim SAR.
"Saya minta tolong anak saya paling kecil, telepon kan saudara (pinjem hape), minta bantuin perahu jemput di rumah," ujar Manto.
Manto dan keluarga harus menunggu sekitar 1 jam lebih sampai akhirnya berhasil dibawa ke tempat yang lebih aman.
"Alhamdulillah saya sehat, anak sehat juga, yang penting selamat. Saya sudah gak mikir apa-apa lagi. Ini saya dredek masih rasanya, ga nyangka air begitu," ujar Manto yang sesekali meminum segelas air teh panas.
Manto beralasan, meski sejak siang telah ada peringatan dari warga dan petugas untuk segera mengungsi, Manto enggan, karena ia berprasangka luapan air sungai Ciliwung tak akan meninggi.
"Siang itu sejak udah disuruh ke atas, cuma air kok saya lihat surut saja, jadi aman ga sampai ke atas," ingat Manto.
Manto yang telah tinggal di wilayah arus sungai Ciliwung sejak tahun 1980an ini, tak menyangka banjir kali ini bisa menenggelamkan rumahnya.
Ia berkisah sejak menikah dan memiliki dua anak, banjir separah ini tak pernah terjadi.
Ujar Manto, meski setiap tahun selalu banjir, banjir kali ini terparah, biasanya setengah kaki saja, namun hari ini sampai rumah ke atas.
"Ini banjirnya paling tinggi selama tinggal di sini. Jadi ya ga tau kalau bisa tinggi sampai atas begitu. Lagian pas siang air juga sempat surut," ungkapnya.
"Sedihnya juga saya, bingung, di mana saya dan keluarga mau tidur. Terus nanti rumah saya bagaimana, saya mau bersihin pake apa," lanjut Manto.