Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Program Kader Bangsa Perkuat Kolaborasi Negara dan Masyarakat

Sekolah Pemimpin Muda Kader Bangsa Fellowship Program (KBFP) angkatan 7 diikuti 50 peserta yang merupakan pemuda terbaik dengan berbagai background

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Program Kader Bangsa Perkuat Kolaborasi Negara dan Masyarakat
ist
Agus Widjojo 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekolah Pemimpin Muda Kader Bangsa Fellowship Program (KBFP) angkatan 7 diikuti 50 peserta yang merupakan pemuda terbaik dengan berbagai background profesi serta pendidikan se-Indonesia mengunjungi kantor Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Republik Indonesia.

Kali ini yang menjadi pembicara yaitu Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, Letnan Jenderal TNI (Purn) Agus Widjojo.

Letjen Agus memberikan materi berupa pembekalan “Aspek Ketahanan Nasional dan Geopolitik Indonesia” kepada KBFP 7. Di sesi ini, para peserta dikuatkan pemahaman terhadap nilai kebangsaan.

Menurut Letjen Agus, materi nilai-nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia harus melekat di dalam pribadi peserta KBFP. Jadi ia berharap, para siswa KBFP 7 ini akan menjadi pemimpin bangsa ke depannya.

“Tugas kita di sini yaitu untuk memantapkan nilai kebangsaan dan juga sosialisasi. Kita akan berikan pembekalan ini agar tersebar di daerah. Ini bagian tugas dari Lemhanas,” tutur Letjend Agus, Jumat (9/2) di Gedung Astagatra lantai 3 ruangan Airlangga, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.

Berbagai persoalan yang pernah dialami oleh peserta KBFP7 mampu terselesaikan dengan baik saat acara diskusi berlangsung. Dari banyaknya pengalaman yang diberikan dari kehidupan berbangsa, pertanian, wawasan nusantara, hingga ketahanan nasional di dalam keluarga diungkapkan oleh peserta.

Namun, ada satu pertanyaan yang menarik. Yaitu, yang pernah dialami oleh seorang entrepreneur dari Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Saprudi (33). Saprudi mengeluhkan kekhawatirannya soal perpecahan (disintegrasi) di kalangan masyarakat pasca pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Yang mana, perpecahan itu mampu merugikan kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

Berita Rekomendasi

Letjen Agus menimpali dengan memaparkan pentingnya Indonesia yang utuh. Karena, NKRI merupakan bangsa yang terdiri dari beragam etnis, agama, dan suku bangsa. Ia menegaskan, nilai-nilai luhur Pancasila harus dikedepankan.

“Yang kita cari di sini adalah persamaan bukan perbedaan. Jangan mau kita dipecah-belah. Seorang warga negara harus punya niat yang baik. Biasanya orang yang sesuai dengan ketentuan yang ada maka dia tidak punya beban. Mari kita tunjukkan yang masih ingin toleransi itu adalah yang paling hebat,” terangnya menjelaskan.

Dari Lemhanas, Siswa Pemimpin Muda KBFP melanjutkan ke kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Jakarta. Di sini Menteri Perindustrian, Ir Airlangga Hartarto, MBA, MMT, berdiskusi dengan para peserta KBFP angkatan 7. Airlangga mengungkapkan, ada rasa bangga bagi bangsa Indonesia di mana perkembangan ekonominya lebih tinggi dari negara maju lainnya seperti, Korea Selatan, Australia, Kanada, Inggris, Jepang, dan Rusia.

“Ekonomi kita itu berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi dunia itu 2,5 persen. Jadi kalau kita lihat ini 2,5 persen. Kontribusi terbesar dunia itu Tiongkok 35,2 persen, lalu Amerika Serikat, India, sebagian negara Eropa kemudian Indonesia,” papar Airlangga, dalam kunjungan peserta KBFP 7 dengan topik ‘Menuju Ekonomi Politik Indonesia yang Kokoh’, di ruangan Cendrawasih, kantor Kemenperin Jakarta.

“Ini lebih tinggi dari Korea Selatan, Australia, Kanada, Inggris, Turki, Meksiko, Jepang, Brasil, Iran dan Rusia. Kita negara yang besar. Jadi kita harus mengetahui bahwa kita bukan negara yang kecil walaupun sosmed selalu bicara negatif,” ujar pria kelahiran Surabaya, 1 Oktober 1962.

Bahkan, menurut Airlangga, pertumbuhan Indonesia ini mendapatkan peringkat pertama dibandingkan negara lain di kawasan ASEAN. Capaian industri paling tinggi yaitu makanan. Selanjutnya, diikuti oleh industri lainnya seperti logam, mesin, dan lain-lain.

“Dalam World Economic Forum Global Competitive indeks kita nomor 36 dari 137 negara, kalau di sini kita lihat rapor terbaik kita ada di dua. Kebijakan Makro ekonomi kita nomor 26 kemudian yang paling besar yang paling tinggi dinilai adalah nilai pasar dalam negeri,” katanya lagi.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas