Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jalan Kramat Pulo, Tempat Bermukimnya Pedagang Gorengan di Jakarta

Jalan Kramat Pulo, Senen, Jakarta Pusat telah lama menjadi tempat bermukim ratusan tukang gorengan di Ibu Kota.

Editor: Nurmulia Rekso Purnomo
zoom-in Jalan Kramat Pulo, Tempat Bermukimnya Pedagang Gorengan di Jakarta
Tribun Jabar/Teuku M Guci Syaifudin
Ilustrasi: Seorang pedagang gorengan keliling, Agus (45) tengah melayani pembeli sembari menggoreng di jalan menuju Komplek Pasadena, Kelurahan Margahayu utara, Kecamatan Babakan Ciparay, Rabu (6/1/2016). Setiap harinya ia menggunakan tujuh kilogram minyak goreng curah. 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- - Jalan Kramat Pulo, Senen, Jakarta Pusat telah lama menjadi tempat bermukim ratusan tukang gorengan di Ibu Kota.

Hal ini diungkapkan Kosim (31) seorang pedagang gorengan di depan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat.

"Ada sekitar enam ratus tukang gorengan yang tinggal di sekitar jalan Kramat Pulo. Kebanyakan asalnya dari desa Jagapura, Kabupaten Cirebon," kata Kosim kepada TribunJakarta.com, Kamis (22/3/2018).

Ia menjelaskan bila banyaknya pedagang gorengan yang bermukim di jalan Kramat Pulo sudah terjadi sejak 1979.

Kala itu, pedagang gorengan yang ada di Jakarta kebanyakan berasal dari desa Jagapura tempat kelahiran Kosim.

"Memang di Jakarta ini tukang gorengannya banyak yang dari desa Jagapura, enggak cuma di Jakarta Pusat aja," lanjutnya.

Berita Rekomendasi

Baca: Kartu Indonesia Sehat Tidak Berguna Bagi Korban Bom Bali, Chusnul Khotimah

Baca: Ancaman Luhut Untuk Mereka yang Mengkritik Pemerintah Sembarangan

Menurut Kosim, jalan Kramat Pulo dijadikan tempat bermukim bagi pedagang gorengan yang beroperasi di Jakarta Pusat.

Mereka mengontrak di kontrakan seharga Rp 350 - Rp 400 per bulan, dengan lebar dan panjang sekitar dua setengah meter.

Untuk urusan kamar mandi, mereka harus saling memakainya secara bergantian.

"Untuk sepuluh kontrakan ada satu kamar mandi, jadi saling berebutan sama antre saja setiap harinya," ungkap ayah satu anak ini.

Kosim menjelaskan bila para pedagang gorengan memiliki jam operasional yang berbeda.

Ada yang berdagang dari pukul 04.30-12.00 WIB, pukul 06.00-17.00 WIB, pukul 15.00 - 23.00 WIB, dan pukul 18.00 - 05.00 WIB.

"Biasanya para dagang di stasiun kereta api, perkantoran, kampus, rumah sakit. Kalau yang dagangnya Magrib sampe Subuh biasanya dagang di Monas, soalnya banyak orang nongkrong sampai malam," paparnya.

Untuk persiapan dagang, para pedagang gorengan lazim menghabiskan sekira satu jam untuk merebus singkong, memotong sayuran, dan membuat adonan.

Kosim menjelaskan bila pada waktu malam hari kala pedagang gorengan kembali ke kontrakannya masing-masing, jalan di Kramat Pulo akan dipenuhi gerobak gorengan yang terparkir.

Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas