Forum Kajian Ekonomi Kota Depok Dorong TGB Pimpin RI di 2019
Koordinator FKEK Hasan Ashari mengatakan, pembangunan ekonomi rakyat, khususnya melalui upaya menghidupkan pasar tradisional memang sudah cukup baik.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Langkah pembangunan ekonomi yang dilaksanakan Tuan Guru Bajang Dr. H. Zainul Majdi selama memimpin Provinsi Nusa Tenggara Barat yang dinilai sangat pro ekonomi kerakyatan membuat kaum muda dan para pedagang pasar yang tergabung dalam Forum Kajian Ekonomi Kota Depok, berkeyakinan untuk mendorong pemimpin yang akrab disapa TGB itu untuk maju memimpin Indonesia di tahun 2019.
Koordinator FKEK Hasan Ashari mengatakan, pembangunan ekonomi rakyat, khususnya melalui upaya menghidupkan pasar tradisional memang sudah cukup baik.
"Tetapi itu belum cukup karena baru sebatas pada pembangunan fisik dan belum benar-benar pasar tradisional dibangun sebagai pusat perputaran ekonomi rakyat. Karena itu ke depan Indonesia benar-benar memerlukan pemimpin yang pro ekonomi rakyat, dan kami melihat Bapak Tuan Guru Bajang Dr. H. Zainul Majdi merupakan sosok yang pro ekonomi rakyat," ujar Hasan saat mendaklarasikan dukungan terhadap TGB di kawasan Pasar Pucung, Depok, Jawa Barat, Senin (16/4/2018).
Baca: Survei KedaiKOPI: Rizieq Shihab, Aa Gym, TGB Zainul Majdi Pemimpin Umat Islam
Pemikiran ekonomi kerakyatan TGB, kata Prawira sangat tampak baik dari pidato-pidato TGB maupun kebijakannya selama dua periode membangun Provinsi NTB.
"Bapak TGB misalnya pernah mengkritisi berkurangnya transaksi ekonomi sosial masyarakat karena tumbuh pesatnya ritel-ritel modern," kata Hasan.
Saat menjadi pembicara dalam diskusi nasional pencapaian tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK bersama Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko di Auditorium Dome Universitas Mataram NTB awal Maret lalu, kata Hasan, TGB juga menegaskan pesatnya pertumbuhan ritel modern dan berkurangnya peran pasar tradisional sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi masyarakat sangat berbahaya, karena bisa meningkatkan tindak kriminalitas.
Hasan mengatakan, kepedulian atas pentingnya peran pasar tradisional sebagai penggerak ekonomi rakyat itu tak hanya sebatas diucapkan saja.
"Pak TGB juga jelas membuat aturan penempatan ritel modern agar tidak mengganggu para pedagang kecil dan juga pedagang di pasar rakyat," katanya.
Dalam konteks ini, kata Hasan Ashari, TGB bukan menolak perkembangn ritel modern yang juga perlu diakui ikut membuka lapangan pekerjaan, namun TGB ingin menjaga agar pertumbuhan ritel modern tidak mematikan usaha rakyat, tetapi sebaliknya bisa memicu pertumbuhan ekonomi.
"Ini merupakan sebuah formulasi yang baik jika bisa diterapkan pada level nasional," kata Hasan.
Selama memimpin NTB, kata Hasan, TGB juga menunjukkan perhatian pada perkembangan pasar tradisional. Buktinya di tahun 2017, TGB menganggarkan dana sebesar Rp59 miliar untuk revitalisasi 27 pasar tradisional di NTB.
"Tak hanya di kota Mataram, tetapi juga di wilayah lain seperti di Lombok, Dompu, sampai Bima," ujar Hasan.
Kemudian tahun ini, di akhir masa kepemimpinannya di NTB, TGB juga merencanakan revitalisasi 40 pasar tradisional dimaa masing-masing kabupaten/kota mendapatkan empat jatah revitalisasi pasar dengan anggaran untuk revitalisasi satu pasar dianggarkan mencapai Rp1,2 miliar.