Penuh Sesak, Penumpang KRL di Stasiun Juanda Meningkat Hampir Empat Kali Lipat Sabtu Siang
Jumlah tersebut meningkat hampir empat kali lipat jika dibandingkan dengan rata- rata penumpang Stasiun Juanda
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) melayani sekitar 98 ribu pengguna di Stasiun Juanda pada hari Sabtu (28/4/2018) sehubungan dengan adanya kegiatan sekelompok masyarakat di area Monumen Nasional (Monas).
Jumlah tersebut meningkat hampir empat kali lipat jika dibandingkan dengan rata- rata penumpang Stasiun Juanda perharinya yakni sekitar 25 ribu hingga 30 ribu.
Sebagaimana dalam sejumlah kegiatan sebelumnya, PT KCI memberikan layanan yang terbaik sesuai dengan prosedur yang berlaku sejak layanan KRL menjadi lebih baik lewat penerapan sistem tiket elektronik pada Juli 2013.
Namun PT KCI menyayangkan tindakan sejumlah orang yang mencoba memfasilitasi sejumlah calon pengguna dari wilayah Bogor, Depok, Bekasi dan sekitarnya melalui pembelian tiket dalam jumlah banyak yang tidak dijalankan dengan mekanisme pembagian tiket untuk kelompoknya dengan baik sehingga menyebabkan kendala pada saat melakukan transaksi tiket elektronik.
Tiket Harian Berjaminan (THB) yang dibeli dalam jumlah banyak tersebut untuk metode pembagian secara gratis tidak diserahkan kepada masing-masing peserta yang terdaftar pada kelompoknya, melainkan hanya di kordinir untuk melakukan tap in pada gate di stasiun pemberangkatan dan kemudian tiket diambil kembali oleh koordinator di stasiun pemberangkatan.
Akibatnya di stasiun tujuan, cukup banyak peserta kegiatan yang tidak bisa keluar dari gate elektronik karena tidak memegang fisik tiket KRLnya. Menghadapi kondisi ini, PT KCI memberikan edukasi kepada mereka dengan meminta para peserta menghubungi kembali koordinatornya masing-masing.
Menurut VP Komunikasi Perusahaan PT KCI Eva Chairunisa, sejak awal melalui petugas manajemen PT KCI sudah menjelaskan aturan dan mekanisme penggunaan tiket untuk orang- orang yang akan membeli tiket dalam jumlah banyak.
"Sesuai prosedur setiap pengguna harus memegang fisik tiket untuk proses transaksi di gate, namun ada saja yang sepertinya enggan memahami prosedur layanan tiket KRL meski sebelumnya telah berkali-kali mendapat penjelasan dari petugas di stasiun maupun manajemen PT KCI," ujar Eva dalam keterangan persnya, Sabtu.
Eva menambahkan meski sempat terjadi kondisi tersebut seluruh pengguna KRL di Stasiun Juanda baik para peserta kegiatan maupun masyarakat umum dapat terlayani dengan baik karena PT KCI telah mengantisipasi lonjakan jumlah pengguna di Stasiun Juanda pada hari ini melalui sejumlah antara lain, penambahan enam loket portabel dan petugas untuk melayani transaksi tiket, serta penambahan petugas pelayanan dan pengamanan di Stasiun Juanda hingga dua kali lipat dari hari biasa.
Operasional KRL juga berlangsung secara normal dan masih mampu mengakomodir para pengguna KRL. Pada pukul 17.30, situasi di Stasiun Juanda sudah kembali normal, karena massa dari peserta kegiatan di Monas sejak siang tadi telah berangsur-angsur kembali ke wilayahnya masing-masing.
"PT KCI menghimbau masyarakat yang ingin menggunakan KRL secara rombongan atau dikoordinir oleh pihak-pihak tertentu untuk tetap mengikuti seluruh aturan dan ketentuan yang ada mulai dari proses transaksi tiket hingga perilaku dan aspek keselamatan dalam menggunakan layanan KRL," tegasnya.
Dalam sistem tiket elektronik KRL, masing-masing pengguna dengan tinggi badan di atas 90 cm harus memiliki tiket yang sah dan masih berlaku. Pengguna wajib menggunakan tiket tersebut untuk masuk dan keluar stasiun melalui gate elektronik yang ada.
Mereka yang bepergian dalam kelompok biasanya menggunakan Tiket Harian Berjaminan (THB), dimana para pengguna cukup membayar tarif perjalanan ditambah uang jaminan Rp 10.000.
Uang jaminan akan dikembalikan sepenuhnya setelah pengguna mengembalikan THB melalui vending machine maupun loket dalam jangka waktu tujuh hari sejak pemakaian terakhir.
Ketentuan ini berlaku untuk seluruh pengguna KRL yang bepergian masing-masing maupun berkelompok dalam jumlah besar, dan tidak dimungkinkan adanya pengecualian karena seluruh sistem terkomputerisasi dan dijalankan secara elektronik.