Enda: Gunakan Media Sosial di HUT RI ke-73 untuk Merekatkan Persatuan Bangsa
Media sosial (medsos) dan teknologi digital saat ini bisa menjadi berkah bagi semua manusia, karena media sosial jika digunakan secara baik dan benar
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada mementum peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-73 ini harus bisa menjadi momentum untuk Memerah Putihkan Media Sosial dan Dunia Maya dengan terus menggaungkan pesan-pesan kebangsaan demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa ini.
“Media sosial dan teknologi digital ini bukan untuk memecah belah bangsa Indonesia, tapi justru untuk merekatkan kita semua. Kareena dengan menggunakan Media sosial, kita bisa berkomunikasi dengan siapa pun, dari 16 ribu pulau dan 300 suku bangsa di Indonesia dengan cepat dan murah. Bukannya justru malah memecah belah,” ungkap aktivis Media Sosial dan Blogger, Enda Nasution.
Menurutnya seluruh komponen bangsa harus bisa bergerak untuk dapat Memerah Putihkan Media Sosial dengan pesan-pesan kebangsaan demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Peringatan HUT RI harus digunakan sebagai sarana untuk merefleksikan kembali pencapaianbangsa Indonesia selama 73 tahun ini dan juga mengingat hal-hal apa yang penting untuk Indonesia kedepan.
“Ini karena dalam beberapa tahun ini menjadi perhatian kita, karena banyak pihak yang berkonflik sesama kita sendiri. Padahal dari pertama kali kita mendirikan negara ini pesan-pesan persatuan itu yang menjadi sangat penting. Kalau kita sendiri tidak mau bersatu dan secara geografis kita sudah di pisah-pisah oleh pulau tentunya kita bisa terpecah belah. Ini akan berbahaya bagi kelangsungan hidup bangsa ini,” ujar pria yang juga Koordinator Gerakan #BijakBersosmed ini.
Menurutnya walaupun secara geografis Indonesia ini terpisah-pisah oleh ribuan pulau serta budaya, bahasa yang berbeda, tapi dengan teknologi digital ini kita seolah-olah berada dalam suatu ruangan bersama, dalam sebuah kampung yang kecil. Sehingga terlihat sekali hiruk pikuk, karena semua orang mau bicara.
“Di media sosial itu tidak bisa dielakkan lagi, karena ada perbedaan pendapat, perbedaan pandangan yang mungkin karena latar belakang kita yang berbeda juga. Kalau dulu perbedaan itu mungkin tidak terlalu terasa karena kita hidupnya berjauhan, tetapi sekarang semua orang bisa bicara dalam plattform yang sama,” kata pria yang mendapat julukan sebagai Bapak Blogger Indonesia ini.
Pandangan-pandangan yang berbeda ini menurutnya pasti akan terjadi gesekan. Namun yang harus selalu kita sadari bersama bahwa demi mewujudkan kedamaian maka perbedaan itu semua adalah berkah. Karena lewat perbedaan itu kita berusaha mencari solusi-solusi yang terbaik, bukan melalui perbedaan malah kita merendahkan orang lain.
“Kita harus selalu mempererat, memperkuat persatuan dan kesatuan kita dengan damai dan dengan rasa bahwa kita memang menuju ke sebuah arah yang lebih baik, Indonesia yang di tahun 2045 mendatang dimana usia 100 tahun Indonesia meredeka jauh lebih sejahtera dan lebih maju daripada sekarang Saya selalu percaya dengan adanya dunia digital, perbedaan itu menjadi berkah untuk dapat mempersatukan kita,” katanya.
Selama ini menurutnya Gerakan #BijakBerSosmed sudah berupaya keras untuk menyemarakkan dunia maya dengan menggaungkan perdamaian. Dari tahun ke tahun para penggiat media sosial punya momen-momen untuk merayakan HUT Kemerdekaan RI.
“Biasanya #17 setiap bulan Agustus selalu menjadi sebuah momen tersendiri. #17an itu selalu menjadi momen tersendiri untuk mengingatkan kembali bahwa kita ini semua bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan sebenarnya setiap tanggal 17 setiap bulan kita selalu peringati,” urainya.
Bahkan bukan hanya 17-an, menurutnya, peringatan Sumpah Pemuda juga menjadi sebuah momen juga di mana kita berusaha merasakan persatuan dan kesatuan terhadap bangsa kita. Nah pesan-pesan persatuan ini memang penting,” ujanrya
Dirinya juga mewanti-wanti terhadap penggunaan media sosial yang dapat memecah belah bangsa, apalagi memasuki tahun politik, dimana tahun ini kita kemarin sudah melawati Pilkada yang berlanjut pada Pemilihan Presiden pada tahun 2019 mendatang.
Bisanya pesta demokrasi itu digunakan oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan pesan hoax ataupun ucapan ujaran kebencian yang justru bisa memecah belah bangsa ini.
Untuk mewaspadai hal tersebut menurutnya, perlu ada semacam training atau peningkatan kapasitas, setidaknya dari sisi pengetahuan masyarakat secara umum, terutama ke anak-anak yang masih muda seperti anak SD, SMP, SMA untuk menyampaikan bagaimana menggunakan teknologi dengan baik.
“Ini yang kita sebut sebagai literasi digital, jadi bukan saja media sosial, tapi bagaimana menggunakan gadged, komunikasi yang baik misalnya kepada orang tua, kepada guru atau kepada dosen dan juga kecakapan lain,” ujarnya.
Untuk itu alumni Teknik Sipil ITB ini meminta masyarakat agar makin cerdas juga dalam menggunakan teknologi digital. Bagi masyarakat yang punya kemampuan ataupun pengetahuan yang lebih, wajib memberikan transfer informasi atau ilmu ke masyarakat yang belum paham terhadap penggunaan teknologi digital dan media sosial dengan baik.
“Kita harapkan kedepan, tidak lagi mudah termanipulasi oleh informasi hoax yang beredar di media sosial, tidak mudah terprovokasi, kita semua bisa lebih cerdas, bisa lebih kritis dan bijak terhadap informasi yang kita terima. Untuk itu melalui momentum HUT RI ini mari kita mengkampanyekan persatuan yang damai melalui media sosial. Karena, mau tidak mau memang itulah modal utama kita untuk bernegara dan berbangsa,” paparnya.