Warga Perumahan Pengairan Keluhkan Pembangunan LRT Bikin Retak Dinding dan Bising
Adi (30), salah satu warga mengatakan, Perumahan Pengairan tempat ia tinggal berada dekat dengan lokasi proyek LRT
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Warga di Perumahan Pengairan, Kelurahan Pekayon Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi mengeluh akibat imbas proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) Jabodetabek, membuat bangunan rumah retak dan terganggu bising.
Adi (30), salah satu warga mengatakan, Perumahan Pengairan tempat ia tinggal berada dekat dengan lokasi proyek LRT.
Baca: Ribuan Miras Ilegal Disita Satpol PP Kota Depok
Kondisi itu membuat dinding rumah dan lantai mengalami keretakan akibat proses konstruksi.
Selain itu, aktivitas konstruksi LRT yang berada di samping Jalan Tol Jakarta Cikampek itu kerap melakukan aktivitas pengerjaan di malam hari.
"Semenjak ada proyek mulai retak, kayak dinding rumah, lantai, sama aktivitas pekerja konstruksi kan hampir 24 jam ya, kalau malam itu udah pasti bising, terus juga kadang crane proyek sampai atap rumah kita, ngeri aja ada bahan proyek jatuh," kata Adi kepada wartawan TribunJakarta.com, Selasa (18/9/2018).
Selain itu kata dia, imbas dari proyek tersebut juga mengakibatkan saluran pembuangan di kawasan perumahan itu tersumbat.
Akibatnya, menjelang musim hujan, warga mulai khawatir akan banjir yang kerap melanda.
"Karena di belakang ini pas proyek ada pengerukan, nah akibat pengerukan dan bor mungkin buat pondasi tanahnya itu bergerak dan menyumbat saluran air di Perumahan ini, jadi air berbalik akibatnya banjir," kata Adi.
Sapto Bangun yang juga warga Perumahan Pengairan menjelaskan, saat ini jumlah warga di Perumahan tersebut sebanyak 17 kartu keluarga (KK).
Kebanyakan dari warga sudah menetap sejak tahun 1990an.
Kawasan Perumahan Pengairan sendiri masuk dalam prospek pelebaran Jalan arteri Kalimalang untuk menunjang proyek Tol Becakayu di sepanjang jalan tersebut.
Namun sampai saat ini, proses pembebasan lahan masih belum rampung lantaran terkendala negosiasi dan nilai ganti rugi yang harus dibayarkan.
"Masih dalam proses, terakhir dari pihak appraisal BPN nilainya belum sesuai karena hanya dihargai Rp 9,5 juta per meter, kami sempat melakukan appraisal sendiri dengan pihak yang sudah ahli bawa nilai harga jual tanah di sini sudah mencapai Rp 17 juta per meter," kata Sapto.
Baca: Seorang Pelaku Pembunuhan Sopir Taksi di Tangerang Diringkus Polisi di Bogor
Untuk itu, warga berharap ada kebijakan dan keadilan dalam proses pembesan lahan, sebab selama ini warga merasa sudah tidak layak tinggal di Perumahan tersebut akibat imbas dari sejumlah proyek di dekat kawasan perumahan.
"Kalau dari warga sebenarnya ingin ada keadilan dan kelayakan, karena saat ini juga kita sudah terkena imbas dari sejumlah proyek, mulai dari bajir, dinding bangunan retak, bahkan bising," katanya.
Penulis: Yusuf Bachtiar
Berita ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Warga Keluhkan Dampak Proyek Pembangunan LRT Bikin Rumah Retak dan Bising