Kepala Sekolah Tempat Pelaku Pencabulan 13 Murid SDN di Depok Ogah Komentar
"Enggak, enggak. Saya lagi enggak enak badan. Lagi sakit gigi dan meriang," singkat Ade
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Dua saksi dari pihak SDN tempat terdakwa W (24) mengajar dan melakukan kekerasan seksual terhadap 13 murid laki-lakinya menolak berkomentar terkait sidang lanjutan yang beragendakan keterangan saksi.
Kepala Sekolah, Ade enggan berkomentar karena alasan sedang sakit gigi dan pusing saat menjadi saksi dalam sidang tertutup yang berlangsung di ruang sidang III Pengadilan Negeri (PN) Depok.
Baca: Pria yang Ditemukan Meninggal di Masjid At-Taqwa Dikenal Sosok yang Rajin dan Pendiam
"Enggak, enggak. Saya lagi enggak enak badan. Lagi sakit gigi dan meriang," singkat Ade di PN Depok, Selasa (9/10/2018).
Seperti Ade, Yusup yang saat kasus kekerasan seksual W ditangani Unit PPA Polresta Depok menjabat sebagai Wali Kelas VI juga menolak berkomentar.
Yusup mengaku kini menjabat sebagai operator sekolah menolak berkomentar meski sebelum menjadi tersangka W telah dianggap pihak sekolah dan mengakui perbuatannya.
Meski korban kekerasan seksual W didominasi murid kelas VI, Yusup enggan menyebut bekas rekan kerjanya itu berskala atau tidak.
"Tanya ke yang lain saja, yang jadi saksi juga. Yang nentuin bersalah atau enggak kan hakim," ujar Yusup.
Meski irit bicara, guru agama SDN tempat W mengajar, Dadang menyebut perbuatan bekas guru bahasa Inggris itu bersalah.
Tanpa mengatakan berapa hukuman yang pantas, Dadang menuturkan W layak dihukum atas perbuatannya.
"Kalau berapa hukumannya saya enggak tahu. Tapi ya dia salah, ada sanksiya, ya dihukum. Tadi pas jadi saksi ditanya puluhan pertanyaan sama hakim. Ditanya saya kenal atau enggak sama dia," tutur Dadang.
Sebagai informasi, W yang merupakan guru bahasa Inggris di satu SDN terkemuka di Depok melakukan kekerasan seksual terhadap 13 murid laki-lakinya.
Dia mengancam murid yang menolak kemauannya akan mendapat nilai jelek di mata pelajaran Bahasa Inggris.
Tindak kekerasan seksual itu dilakukan W lebih dari satu kali ke beberapa korbannya sejak tahun 2016 hingga pertengahan Juni 2018.
Aksinya terungkap saat sejumlah orangtua korban melaporkan kasus yang menimpa anak mereka ke Unit PPA Polresta Depok pada (6/6).