Ibu Guru Nelty Menyesal dan Shock
Hermanto mengatakan saat diklarifikasi Nelty menangis karena menyesal. Lantas, Hermanto pun meminta guru Nelty untuk membuat surat
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COMJAKARTA‑Kepala Seksi Pendidikan Menengah Sudin Wilayah 1 Jakarta Selatan, Hermanto sudah melakukan klarifikasi kepada Nelty Khairiyah. Hermanto juga mengaku sudah bertemu dengan Kepala Sekolah SMAN 87 Jakarta Patra Patiah.
Hermanto mengatakan saat diklarifikasi Nelty menangis karena menyesal. Lantas, Hermanto pun meminta guru Nelty untuk membuat surat pernyataan tertulis.
"Ibunya nangis. Kalau Ibu nggak bisa berkata‑kata. Intinya, sudah menyesal dan shock. Kami intinya ingin tahu dan menasihati," ucap Hermanto.
Hermanto tidak bisa menggali keterangan lebih banyak karena kondisi Nelty yang masih shock. Namun, dia menyebut Nelty tidak pernah ada niat untuk menjelekkan Persiden Jokowi. "Untuk video ini kita enggak tahu. Materinya keimanan. Menekankan keimanan. Mungkin ada omongan yang kepeleset," ucap Hermanto.
Baca: Amien Rais Ngaku Dimuliakan Penyindik saat Diperiksa, Pakar Mikro Ekspresi Beberkan Fakta Sebenarnya
Nelty Khairiyah, guru SMAN 87 Jakarta Selatan akhirnya meminta maaf atas sikapnya yang anti terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selain itu Nelty juga sudah membuat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya untuk mendoktrin para murid untuk antiPresiden Jokowi.
"Yang bersangkutan sudah buat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya serta meminta maaf," ujar Kata Kepala Sekolah SMAN 87 Jakarta, Patra Patiah.
Dia menceritakan, pihak sekolah pun sudah memanggil dan melakukan pembinaan terhadap guru tersebut disaksikan oleh wakil‑wakil serta kepala kepala Tata Usaha (TU).
Patra Patiah menjelaskan awal kejadian diduga guru agama menyebarkan doktrin murid anti Jokowi berawal pada Kamis (4/10/2018) lalu, adanya pengirim pesan singkat dari nomor tak dikenal kepadanya yang mengadu adanya guru menyimpang dalam memberikan pelajaran.
Guru tersebut berdasarkan keterangan pelapor diduga mempertontonkan video penanganan bencana di Palu dan Donggala, kemudian mendoktrin siswa dengan perkataan antiJokowi.
Patra baru menjawab setelah SMS ketiga, karena harus menafsirkan pesan itu secara seksama.
Ia membalas kepada nomor yang mengadukan akan menindaklanjuti laporan tersebut pada Senin (8/10/2018).
Patra pun membentuk tim yang terdiri dari para wakil kepala sekolah untuk menginvestigasi masalah tersebut. "Tolong selidiki pengaduan ini kebenarannya. Ambil sampel beberapa siswa yang diajarkan guru yang bersangkutan," ujarnya.
"Ada beberapa murid yang saya ambil sampel, tidak semua, namun ada murid yang menyatakan beliau suka berpolitik. Nah berpolitik ini saya tidak paham, karena saya tidak oernah masuk ketika dia mengajar," tambahnya.
Patra pun memanggil guru yang bersangkutan setelah mendapat data pendukung dari hasil
keterangan sampel para pelajar. Ia menegaskan kepada guru agama itu bahwa sekolah bukanlah tempat untuk menyampaikan pendapat tentang pilihan politik dan mengajak para muridnya.
"Saya sampaikan bahwa ibu salah dalam hal ini, dan beliau menerima, beliau meminta maaf kepada saya, kemudian menyatakan tidak akan mengulangi lagi," jelasnya. Ia pun mengaku sudah melaporkan peristiwa teraebut hingga ke Dinas Pendidikan untuk tindak lanjutnya.