Air Mata Guru Saat Bacakan Surat Terakhir Sarah
Dia membacakan surat yang sempat diunggah Maya, ibunya di Facebook. Surat yang sempat ditulis saat perayaan Hari Ayah.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Siang itu, guru-guru di Sekolah Imanuel Viktori Pondok Melati, Kota Bekasi ikut berduka.
Masuk ke dalam ruang guru beberapa guru wanita sudah mulai terisak ketika ditanya mengenai meninggalnya dua siswa mereka.
Sebagian besar guru ingin bercerita tentang dua muridnya yang duduk di kelas 3 dan kelas 1 sekolah yang sama.
Namun satu yang diingat oleh mereka.
Keceriaan dan wajah polos Sarah dan Arya, masih terbayang jelas dalam ingatan.
"Mereka selalu ceria kalau di sekolah, termasuk anak yang baik juga," ucap seorang guru dari mejanya.
Baca: Keanehan Sekeluarga Dibunuh di Bekasi, Penghuni Kos: Biasanya Ada Tiga Mobil, tapi Ini kok Cuma Satu
Kepala Perpustakaan, Tineti membenarkan ada surat dari Sarah untuk ibunya yang dibuat oleh anak kelas tiga SD itu.
Dia membacakan surat yang sempat diunggah Maya, ibunya di Facebook. Surat yang sempat ditulis saat perayaan Hari Ayah.
"Kami dari sekolah tidak meminta dia untuk menulis surat. Tapi, ibunya sempat unggah juga di WhatsApp, pas Hari Ayah kemarin," jelas dia.
Tak selang lama, dia mulai membacakan kembali surat tersebut di hadapan delapan guru lainnya yang menyimak di meja masing-masing.
"Dari Sarah. Mama dan papa maafin kakak. Kakak sudah bikin mama dan papa marah. Kakak janji tidak akan melawan lagi....." Tineti membaca isi surat di ponselnya.
Suara isak tangis menyeruak di dalam ruangan berukuran 30 meter persegi itu. Pipi mereka mulai basah, mata para guru memerah.
"Makasi mama dan papa sudah merawat kakak dari bayi, balita, anak-anak. mama sudah cape masak buat kakak papa kerja buat kakak. Makasih mama dan papa," tuturnya sembari mengusap air mata yang meleleh di pipi.
Wali Kelas Sarah, Bunga Rebista Panjaitan menjelaskan, surat itu kemungkinan ditulis oleh gadis berusia sembilan tahun itu usai diberikan pengaharan mengenai peran dan kasih sayang kepada orangtua.
"Saya bilang, mama kita itu jadi pembantu, suster, guru, bapak. Sarah jawab, iya juga ya bu. Lalu, saya bilang lagi, ke orang tua atau siapapun kita harus hormat dan sayang," jelasnya.
Dia juga menceritakan, sehari sebelum meninggal, Sarah mengeluh tangannya bau amis. Tujuh kali dia meminta untuk mencuci tangan, karena bau tidak kunjung hilang.
"Cuci tangan terakhir, akhirnya dia pakai sabun," tukasnya.
Lebih dari Satu Orang
Polisi membuka dugaan bahwa pelaku pembunuhan satu keluarga di Bojong Nangka, Pondok Melati, Kota Bekasi, lebih dari satu orang.
"Ya itulah (terduga pelaku pembunuhan lebih dari satu orang)," ujar Kapolres Metro Bekasi Kota, Kombes Pol Indarto di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (14/11)
Pelaku pembunuhan satu keluarga di Bekasi hingga kini masih diburu polisi. Indarto mengaku belum bisa berkata banyak terkait perkembangan kasus ini agar tidak menggangu penyelidikan. Dirinya meminta masyarakat membantu dengan doa agar pihak kepolisian bisa secepatnya mengungkap terduga pelaku pembunuhan.
"Mohon doa restu mudah-mudahan tim sudah temukan titik terang. Mudah-mudahan dalam dekat kita bisa ungkap pelakunya," tambah Indarto.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan telah melakukan penyitaan terhadap sejumlah barang bukti dari tempat kejadian perkara (TKP) pembunuhan satu keluarga di Bojong Nangka, Pondok Melati, Kota Bekasi.
Pemeriksaan ini dilakukan selain pemeriksaan beberapa saksi mulai dari kerabat hingga tetangga korban.
"Baju korban, semua yang ada kaitannya kami jadikan barang bukti. Ada banyak, tidak bisa saya sampaikan semuanya, gak mungkin. Yang penting ada kita kumpulkan, saksi-saksi sudah kita periksa," ujar
Meski telah melakukan olah TKP dan menduga terduga pelaku pembunuhan lebih dari satu. Namun polisi tak mau cepat menyimpulkan terkait dugaan pelaku pembunuhan ini.
"Ya sama. Masih kita lakukan penyelidikan tetap. Masih kita evaluasi, belum bisa kita sampaikan," tukas Argo.
"Intinya yang pertama dari tim masih bekerja mulai dari dua metode. Kalau pembunuhan ada induktif dan deduktif. Induktif kita mencari TKP apakah ada barang bukti ditinggalkan, barang buktinya apa yang kita temukan, apa sidik jari atau bekas kaki dan sebagainya," tambah Argo.
Seperti diketahui, sebanyak empat orang ditemukan tidak bernyawa dalam kediamannya di kawasan Jalan Bojong Nangka 2, Pondok Melati, Bekasi, Selasa 13 November 2018 pagi tadi.
Mereka diduga korban pembunuhan.Keempat orang tersebut adalah satu keluarga yang terdiri dari pasangan suami-istri dan dua orang anaknya.
Keempat orang tersebut yakni, Diperum Nainggolan (38), Maya Ambarita (37), Sarah Nainggolan (9), serta Arya Nainggolan (7).(amryono prakoso/tribunnews)