KNKT Duga Kerusakan Sensor AoA Jadi Penyebab Jatuhnya Pesawat Lion Air PK LQP
Sensor AoA dipasang di bagian depan pesawat dan dekat dengan hidung pesawat serta diletakkan di bagian kanan dan kiri.
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyampaikan Preliminary Report atau laporan awal investigasi jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT610 di Kantor KNKT, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Rabu (28/11/2018).
Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT, Nurcahyo Utomo mengatakan adanya dugaan kerusakan pada sensor Angle of Attack (AoA) yang menyebabkan pesawat itu kehilangan daya angkat hingga jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018 lalu.
Baca: KNKT: Sebelum Hilang Kendali, Hidung Pesawat Lion Air JT610 Turun 24 Kali dalam 11 Menit
Sensor AoA dipasang di bagian depan pesawat dan dekat dengan hidung pesawat serta diletakkan di bagian kanan dan kiri.
“Kami masih mencari tahu kenapa AoA sebelah kiri lebih besar dari sebelah kanan hingga sebesar 20 derajat yang terjadi terus menerus selama rekaman Digital Flight Data Recorder (DFDR), sehingga stick shaker sebelah kiri terus aktif, stick shaker itu indikator yang menunjukkan pesawat bisa mengalami stall atau kehilangan daya angkat,” jelas Nurcahyo di depan awak media.
Nurcahyo kemudian menjelaskan bahwa second in command (SIC) atau co-pilot sempat berkomunikasi dengan petugas pemandu penerbangan bahwa pesawat mengalami “flight control problem” dan bertanya mengenai ketinggian pesawat.
“SIC sempat bertanya kepada petugas pemandu penerbangan tentang ketinggian pesawat serta kecepatannya yang ditunjukkan di layar radar petugas pemandu lalu lintas penerbangan,” imbuh Nurcahyo.
Problem kontrol penerbangan yang dialami pilot juga terekam di DFDR.
“DFDR mencatat saat sirip pesawat dinaikkan maka trim Aircraft Nose Down (AND) otomatis aktif diikuti input pilot untuk melakukan trim Aircraft Nose Up (ANU), trim AND dihentikan saat sirip pesawat diturunkan,” ungkapnya.
“Kejadian itu terus menerus terjadi selama rekaman berlangsung dan DFDR berhenti melakukan perekaman sekitar 12 menit dan 54 detik setelah pesawat lepas landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatt,” ucapnya.
Nurcahyo mengatakan keanehan terjadi saat sensor AoA sebelah kiri menyatakan pesawat berpotensi stall tetapi AoA sebelah kanan tidak.
Nurcahyo juga mengatakan pihaknya juga akan berkomunikasi dengan Boeing selaku produsen pesawat itu apakah memang ada alat otomatis yang dipasang di pesawat untuk menurunkan atau menaikkan hidung pesawat agar pesawat tidak kehilangan daya angkat.
“Kami masih belum tahu apakah ada alat sensor otomatis itu, kami akan segera mengunjungi Boeing selaku produsen pesawat,” pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.