Wakil Ketua DPRD Depok Menduga Kajian Kota Intoleran Setara Institute Pesanan Pihak Tertentu
Hal ini guna menjawab pernyataan publik seperti apa cara dan indikator apa saya yang digunakan Setara untuk mengukur toleransi dalam satu Kota.
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Wakil Ketua II DPRD Depok, M. Supariyono mencurigai hasil kajian Indeks Kota Toleran (IKT) tahun 2018 oleh Setara Institute di 94 kota Indonesia merupakan pesanan kelompok yang tak senang dengan sejumlah Pemerintah Kota (Pemkot).
Meski belum melihat hasil IKT yang menobatkan Depok sebagai kota ke-5 paling intoleran secara rinci, menurutnya hasil itu tak bisa langsung dipercaya karena ada kemungkinan merupakan pesanan.
"Saya belum lihat hasilnya, tapi sekarang coba lihat di sini (Depok). Orang minoritas mana yang terancam, kan enggak ada? Saya sih menduga surveinya itu pesanan, datanya enggak valid," kata Suparyono di Car Free Day GDC, Minggu (9/12/2018).
Seperti Wali Kota Depok M Idris Abdul Shomad, Suparyono meminta Setara Institute mengungkap cara yang digunakan untuk mengukur toleransi dalam satu Kota.
Baca: Apresiasi Mendagri dan SETARA Institute Setelah Singkawang jadi Kota Paling Toleran di Indonesia
Hal ini guna menjawab pernyataan publik seperti apa cara dan indikator apa saya yang digunakan Setara untuk mengukur toleransi dalam satu Kota.
"Indikatornya harus dibuka ke publik, masih debat able-lah kalau seperti itu. Bikin survei begitu bisa saja ada pesanan atau ada apa," ujarnya.
Seperti Idris, Suparyono menduga Depok jadi Kota ke-5 paling intoleran karena langkah Pemkot Depok yang sejak tahun 2011 menyegel Masjid Al Hidayah yang digunakan jemaat Ahmadiyah beribadah.
Baca: Kisah Korban Selamat Penembakan KKB, Diselamatkan Camat Seusai Pulang Dari Gereja
Suparyono mengklaim penyegelan Masjid yang berlokasi di Jalan Mochtar, Kecamatan Sawangan sudah tepat dan memang harus dilakukan.
"Bisa jadi, salah satunya itu (penyegelan Masjid jemaat Ahmadiyah). Aman enggak pernah ada kerusuhan di sini. Kalau Ahmadiyah kan MUI sendiri sudah menyatakan kalau mereka bukan dari Islam. Tapi Ahmadiyah tetap mengatasnamakan Islam," tuturnya.
Sebagai informasi, pada Jumat (7/12/2018) lalu Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo menerima hasil kajian yang dilakukan Setara Institute.
Dalam hasil IKT Setara Institute Depok dinobatkan jadi Kota ke-5 paling intoleran dengan skor 3.490 atau di bawah Sabang, Medan, Makassar, dan Bogor.
Bila dirunut sesuai skor, 10 Kota paling intoleran yakni Sabang (3.757), Medan (3.710), Makassar (3.637), Bogor (3.533), Depok (3.490), Padang (3.450), Cilegon (3.420), Jakarta (2.880), Banda Aceh (2.830), dan Tanjung Balai (2.817).
Sementara 10 kota yang memiliki skor toleransi tertinggi yakni Singkawang (6.513), Salatiga (6.477), Pematang Siantar (6.280), Manado (6.030), Ambon (5.90), Bekasi (5.890), Kupang (5.857), Tomohon (5.833), Binjai (5.830) dan Surabaya (95.823).