Hikmahanto Juwana: Pendukung Calon Kontestan Politik Tidak Terpengaruh Ujaran Kebencian
Di tengah kontestasi politik yakni Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) yang semakim dekat
Editor: Toni Bramantoro
“Mereka (pendukung paslon) ini suka melontaran kebencian dikarenakan tidak ingin melihat sisi baik dari paslon lain yang menjadi lawannya. Bahkan lontaran kebencian muncul karena belum dewasanya masyarakat kita dalam berdemokrasi dan memahami esensi debat itu sendiri,” kata pria peraih British Achieving Award dari Pemerintah Inggris ini.
Menurutnya, jika ujaran kebencian ini terus dibiarkan berkembang dalam melakukan perdebatan politik tersebut tentunya akan berdampak pada menyuburkan perpecahan dan keberagaman di masyarakat yang ada di negeri ini.
“Padahal para founding fathers kita ini telah bertekad untuk mendirikan bangsa Indonesia yang didasarkan pada keberagaman,” ujar pria yang juga anggota Kelompok Ahli BNPT bidang Hukum ini.
Dirinya pun juga meminta kepada pemerintah melalui aparat penegak hukum serta penyelenggara pemilihan umum ini untuk mengambil tindakan tegas kepada dua pihak yang sedang berkompetisi beserta para pendukungnya apabila masih saja menunjukkan debat yang mengandung unsur ujaran kebencian
“Jangan pernah pemerintah dan aparat penegak hukum mentolerir ujaran kebencian dalam debat karena resikonya sangat besar yaitu perpecahan di masyarakat. Apalagi bila masyarakat tersebut dalam melakukan debat juga sudah menggunakan ancaman kekerasan, ini akan semakin tidak baik bagi keutuhan bangsa ini,” urai Hikmahanto Juwana
Untuk itu Hikmahanto berpesan dan menghimbau kepada masyarakat luas untuk dapat melakukan debat secara santun, etika dan beradab dan menerima segala perbedaan.
Masyarkat jangan terjebak bahwa apa yang menjadi pandangannya selama ini harus dipaksakan pada pihak lain. Karena proses politik itu sendiri adalah suatu keniscayaan dalam suatu negara yang demokratis
“Oleh karenanya jangan sampai proses politik memecah kita sebagai bangsa. Para politisi sekalipun yang mempunyai perbedaan pandangan bisa bergaul kembali dan mengukuhkan persaudaraan saat tidak lagi digelanggang politik. Mengapa justru masyarakat harus membabi buta mempertahankan pandangan sehingga bermusuhan satu sama lain? Jangan menjadikan perbedaan ini menjadi pemecah belah antara satu dengan yang lain, tetapi perbedaan dan keberagaman yang kita miliki harus menjadi penguat bagi satu dengan yang lain,” papar putra mantan diplomat ini.