Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Trotoar Dinilai Tak Perlu Mewah, Tapi Nyaman Bagi Pejalan Kaki dan Steril dari PKL

Hal tersebut disampaikannya merujuk pada syarat kota laik huni yang menyebutkan trotoar merupakan bagian penting dari pembangunan kota

Editor: Imanuel Nicolas Manafe

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Ahmad Safrudin meyayangkan penataan trotoar di Jakarta kembali menjadi lapak pedagang atau parkir kendaraan warga.

Padahal, kata Ahmad Safrudin, penataan trotoar interaktif yang bakal dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada sejumlah kawasan prioritas Ibu Kota dinilai sangat baik. 

Baca: Trotoar Interaktif Seperti di Jalan Sudirman-Thamrin Juga Akan Dibangun di Kawasan Prioritas di DKI

Hal tersebut disampaikannya merujuk pada syarat kota laik huni yang menyebutkan trotoar merupakan bagian penting dari pembangunan kota.

Trotoar pun katanya tidak perlu mewah dengan beragam ornamen, tetapi hanya cukup memenuhi syarat bagi pejalan kaki.

Syarat tersebut meliputi keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki dan dapat dengan mudah diakses oleh siapa pun, termasuk anak-anak, lansia, difabel dan lainnya.

Baca: Fifi Lety Didesak BTP Tak Pakai Namanya Lagi untuk Usaha Keluarga, Harry: Namanya Ahok cuma 1 Orang?

Permukaan trotoar pun harus dibentuk kesat, tidak patah-patah atau penuh rintangan serta dilengkapi dengan lajur difabel.

"Untuk mewujudkan kota laik huni itu idealnya dengan walkability index yang memadai, trotoar tidak perlu mewah, sederhana saja tapi memenuhi syarat agar walkable dan menyeluruh ke berbagai pelosok kota," ungkapnya dihubungi pada Kamis (21/3/2019).

BERITA REKOMENDASI

Penataan trotoar lanjutnya bukan hanya sebatas pembangunan, tetapi pemeliharaan sekaligus pengawasan. Sehingga, trotoar yang senyatanya indah justru dimanfaatkan sebagai lapak berjualan atau perkir kendaraan warga layaknya di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Ahmad pun menyarankan pemerintah agar trotoar yang kini telah memiliki lebar lima meter itu segera disterilisasikan dari beragam kegiatan.

Selain itu, dirinya berharap agar trotoar disempurnakan dengan pohon sebagai teduhan bagi pejalan kaki.

"Idealnya, trotoar itu harus aman, nyaman bersih dari PKL, parkir kendaraan dan pohon yang ditanam agar pejalan kaki bisa dapat teduhan. Jadi ini pekerjaan bersama, pemerintah lakukan pengawasan, masyarakat juga harus ikut berpartisipasi," jelasnya.

Kawasan Prioritas


Trotoar interaktif yang terhampar di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman hingga Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat menjadi contoh penataan trotoar Ibu Kota. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun bakal membangun trotoar serupa di kawasan prioritas Ibu Kota.

Kawasan prioritas tersebut disampaikan Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Hari Nugroho merupakan lokasi yang masuk dalam kegiatan strategis daerah, termasuk kawasan integrasi atau Transit Oriented Development (TOD). Sehingga penataan kawasan dilakukan menyeluruh.

Kawasan prioritas di wilayah Jakarta Pusat meliputi Kecamatan Senen, yakni sepanjang Jalan Kramat Raya hingga Jalan Senen Raya. Selain itu, Kecamatan Menteng, yakni Jalan Cikini Raya, Jalan Pegangsaan Timur, Jalan Pegangsaan Barat, Jalan Pangeran Diponegoro dan Jalan Raden Saleh Raya.

Sedangkan, kawasan prioritas di wilayah Jakarta Selatan meliputi Kecamatan Cilandak, yakni Kawasan Kemang serta Kecamatan Setiabudi yang meliputi Kawasan Sentra Niaga Kuningan, Jalan Prof Dr Satrio dan Jalan Casablanca Raya.

"Pembangunan di beberapa lokasi itu dibedakan skala prioritas, seperti di Kawasan Kemang, Jalan Kemang Raya yang merupakan salah satu pusat kuliner dan wisata di Jakarta," ungkapnya dihubungi pada Rabu (20/3/2019).

Pembangunan trotoar yang akan dimulai pada awal bulan Mei 2019 itu katanya menjadi kegiatan strategis daerah tahun 2019. Pembangunan pun menelan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) hingga sebesar Rp 175 miliar.

"Penataan trotoar yang menjadi kegiatan strategis daerah dengan yang bukan kegiatan strategis daerah sebenarnya sama saja. Perbedaannya kalau kegiatan strategis daerah penyelesaiannya satu kawasan, sedangkan yang non kegiatan strategis daerah itu spot-spot lajur jalan," jelasnya.

Penataan trotoar yang bukan merupakan kegiatan strategis daerah disebutkannya seperti revitalisasi trotoar di tiga wilayah Jakarta, antara lain Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Timur.

Penataan trotoar di wilayah Jakarta Utara disebutkannya meliputi Kawasan Sunter, seperti Jalan Danau Sunter Selatan, Jalan Sunter Jaya, Jalan Sunter Jaya 1 serta kawasan Penjaringan di Jalan Jembatan Tiga.

Sedangkan, penataan trotoar di Jakarta Barat terdapat di kawasan Grogol, tepatnya di Jalan Prof Dr Latumenten, dan kawasan Tomang di Jalan Tomang Raya.

Baca: Pemprov DKI Sebut PKL Diperbolehkan Berdagang di Atas Trotoar

Sementara penataan trotoar di wilayah Jakarta Timur, meliputi kawasan Jatinegara yakni, sepanjang Jalan Otto Iskandardinata dan kawasan Cililitan, yaitu Jalan Mayjen Sutoyo.

"Berbeda dengan kegiatan strategis daerah yang butuh anggaran sekaligus, anggaran untuk penataan trotoar di Jakarta Utara sebesar Rp 35 miliar, sementara anggaran penataan trotoar di Jakarta Barat dan Jakarta Timur masing-masing Rp 25 miliar," tutupnya.

Penulis : Dwi Rizki

Berita ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul : Trotoar Lebar Seharga Milyaran Rupiah Jangan Jadi Lapak Jualan Pedagang

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas