Para Bikers Dapat Menjadi Agen Perubahan Menjunjung Tinggi Keselamatan kata Diaz Hendropriyono
Tingginya tingkat kecelakaan di jalan raya, khususnya di kota besar seperti Jakarta, maka keamanan berkendara kembali terus digaungkan khususnya bagi
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingginya tingkat kecelakaan di jalan raya, khususnya di kota besar seperti Jakarta, maka keamanan berkendara kembali terus digaungkan khususnya bagi milenial.
Founder #DengarYangMuda yang juga Staf Khusus Presiden RI, Diaz Hendropriyono bersama 300 bikers (pengendara) dari berbagai komunitas motor gede (moge) Indonesia mengelar #RoadSafetyForBikeLovers.
Hal itu dibuka dengan Sunday morning ride (Sunmori) sekaligus mengajak pengguna jalan di lalu lintas tertib dalam berkendara.
“Melalui event ini, pemerintah berharap para bikers dapat turut menjadi agen perubahan dalam konteks membangun budaya berkendara yang menjunjung tinggi keselamatan,” kata Diaz Hendropriyono yang berkendara menggunakan Vespa usai berkendara dari Kantor Staf Khusus Presiden di jalan Veteran III, Jakarta Pusat ke Jalan Gunawan, Jakarta Selatan, Minggu (14/4/2019.
Diakuinya, kecelakaan di jalan raya per tahun mencapai 100.000 lebih dan pengguna motor mencapai 70 persennya yang rata-rata dikendarai kalangan anak muda. Per hari terjadi 73 kecelakaan dengan 3-4 orang per jam.
Dengan demikian, saat ini kecelakaan menjadi bencana dan harus bisa dicegah dengan memberikan informasi yang tepat sasaran bagi milenial agar lebih tertib di jalan dan berlalu lintas.
“Tentu kita sangat peduli karena kecelakaan ini menjadi ancaman khususnya milenial sebagai tulang punggung masa depan Indonesia. Jangan biarkan mereka jadi korban lalu lintas kendaraan bermotor karena minimnya informasi yang didapat. Contohnya saja saat di lampu merah. Kita harus mampu bisa menunggu dan tertib, jangan main asal terobos dan jalan saja. Mari contoh tertib lalu lintas seperti di luar negeri yang sudah sadar akan road safety,” papar Diaz Hendropriyono.
Sementara itu, mantan pembalap motor berbagai jenis sekaligus pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu mengatakan acara ini memberi kesadaran dan beri peringatan bagi pengguna jalan.
“Percuma saja bila peraturan lalu lintas dibuat sekeras-kerasnya kalau memang pengguna jalan belum menyadarinya. Itu tak akan bisa. Menekan angka kecelakaan itu, ya dari diri sendiri. Maka dibuatlah acara ini guna menyadarkan publik secara luas agar mementingkan keselamatan dan etika berlalu lintas. Bangun kesadaran itu dari diri sendiri, jangan gantungkan pada pemerintah saja,” jelas Jusri yang masih aktif ikut balap motocross dan road race.
Ia juga berharap pembalap liar segera menghentikan perlombaannya di jalan raya, karena bisa membahayakan nyawa pengguna jalan lainnya. Bila ingin adu balap, sebaiknya gunakan wadah balap di closed area, yakni arena sirkuit.
“Mari kita sadarkan para pembalap liar lewat keluarga atau organisasi yang diikutinya, karena perilaku balap liar itu bukan bentuk tanggung jawab, apalagi tingkat keamanannya sangat rendah dan mengancam pengguna lalu lintas lainnya. Hal ini tentu berbeda dengan pembalap yang tanding di sirkuit,” ujar Jusri.
Acara #DengarYangMuda volume ke-15 ini dihadiri juga oleh komunitas bikers yang hadir diantaranya adalah Motor Besar Club Indonesia (MBCI) dan The Litas Jakarta yang dibesut Ipoet Kusumonegoro, putri Indro Warkop DKI.
Selain itu, turut hadir Rudi Soedjono dari Flying Piston Garage dan Jusri Pulubuhu dari Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC).
“Setiap berkendara, kita mesti ingat prinsip 3 Siap. Pertama, siap diri yang berarti harus sadar dan memiliki surat (kendaraan) yang lengkap. Kedua, siap kendaraan atau pastikan kendaraan layak jalan. Ketiga, siap mematuhi peraturan lalu lintas. Jangan melawan arus, merampas hak pejalan kaki, dan melakukan tindak melawan hukum lainnya,” jelas Brigadir Jenderal (Brigjen) Polisi Halim Pagarra, Direktur Regident Korlantas Polri, yang juga hadir.
Sementara vokalis Repvblik, Ruri Herdian sebagai pengguna motor sudah melakukan safety riding ketika berkendara menggunakan motor matic kesayangannya. Hal itu sudah diterapkan sejak ia 17 tahun saat mulai memiliki SIM C (motor).
“Tapi sayang ya, masih saja banyak yang belum sadar berkendara dengan baik seperti tak pakai helm, masih suka kebut-kebutan asal, dan lainnya. Saya memang tak suka ngebut karena tahu risikonya, apalagi keluarga menunggu di rumah. Tapi di Bogor juga sulit ngebut, karena banyak macet,” kata Ruri.