Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Enda Nasution: Para Pengguna Medos Harus Menebarkan Konten Positif yang Dapat Menciptakan Perdamaian

Perkembangan teknologi dan informasi di era digital telah menghadirkan tantangan baru tidak hanya bagi masyarakat, tetapi secara luas

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Enda Nasution: Para Pengguna Medos Harus Menebarkan Konten Positif yang Dapat Menciptakan Perdamaian
ist
Enda Nasution 

Hal positif dari sisi pembuat konten dengan munculnya media digital maka tidak ada lagii biaya besar untuk mempublish sesuatu ke publik.

Hal  ini  memunculkan kemungkinan pembuat konten-konten ini bisa mendapatkan penghasilan tanpa harus memiliki modal yang besar  seperti  masuk kedalam sistem stasiun televisi atau radio.

“Yang mana semua orang bisa mempublish konten yang memiliki kreativitas yang dia miliki lewat Twitter, Instagram, Facebook, YouTube atau melalui jarimngan komunikasi Whatsapp ataupun Telegram yang mana mereka bisa mendapatkan penghasilan dari situ. Sehingga sebenarnya muncul profesi-profesi baru di situ yang memang dibutuhkan,” paparnya.

Dengan adanya medsos ini, para pengguna bebas berekpresi dan mengungkapkan pendapat. Dengan cara  ini maka tidak ada lagi pembatasan. Semua orang bisa menyebarkan sesuatu yang dapat dilihat ataupun didengar oleh siapapun.

“Kemudahan untuk mempublish ini akhirnya orang menganggapnya sebagai sesuatu yang remeh-temeh, yang seolah-olah orang merasa bisa mempublish informasi apapun, bahkan yang berhubungan dengan hoax atau informasi yang tidak benar, disinformasi, misinformasi dan juga opini yang akhirnya semua orang berpendapat apapun,” jelas alumni Teknis Sipil ITB ini

Enda mengatakan, sejatinya medsos ini digunakan oleh orang-orang yang punya pemikiran original, seperti pemuka agama, pemikir-pemikir, para pakar yang mana mereka ini sebenarnya lebih diuntungkan karena mereka lebih punya akses terhadap audience yang jauh lebih luas. 

Tetapi tidak menutup kemungkinan ada orang yang memanfaatkan medos ini yang fonomenanya berpura-pura menjadi pakar, ustad atau ahli yang semata-mata karena mereka ini ingin lebih didengarkan oleh audience.

Berita Rekomendasi

Bahkan sekarang ada tokoh-tokoh yang memiliki audiens yang jumlahnya bisa berbanding dengan audiens yang dimiliki oleh berbagai organisasi. Tentunya hal ini memunculkan tanggung jawab lebih untuk mereka mereka yang memiliki audience sebesar ini untuk tidak terlalu mudah dalam mengungkapkan informasi yang belum tentu benar.

‘Influencer ini tanggung jawabnya tentu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna medsos biasa. Dia memiliki pengaruh dan memiliki kekuatan untuk menggerakan audience sehingga tanggung jawabnya juga lebih besar di masyarakat dengan apa yang dia katakan dan sampaikan di medsos. Para influencer ini harus bisa menunjukkan sikapnya yang positif dan santun sebagai orang yang bisa menjadi panutan bagi audience atau followernya dalam menjaga persatuan dan kesatuan di masyarakat,” tuturnya

Tentunya dirimya berharap kapada para influencer atau figur di media sosial untuk melakukan mengecek berkali-kali terlebih dahulu kebenaran informasi yang didapat sebelum meretweet  atau menyebarkan kembali informasi. Para influencer harus melengkapi dirinya dengan informasi yang paling akurat. Dan kalau memang tidak tahu, maka harus disampaikan tidak tahu atau mendapatkan informasi dari sumber sumber yang bisa terpercaya.

“Kalau ada kesalahan, maka harus cepat koreksi dan cepat minta maaf atau bahkan jika perlu menghapus informasi salah yang telah disampaikan sebelumnya.  Jangan lalu membela diri atau jangan mengelak bahwa anda tidak tahu informasi yang anda sampaikan sendiri,” kata pria yang bulan Desember 2018 lalu dilantik menjadi Ketua Jabar Saber Hoax, oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ini.

Untuk itu menurutnya  masyarakat harus sadar bahwa semua risiko kemungkinan kerugian materiil maupun jiwa perpecahan di dunia nyata yang timbul karena kekerasan, kerusuhan yang disebabkan dari dunia maya akan menyebabkan kita semua akan mengalami kerugian. Karena hal ini akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi  ataupun kondisi akan membuat pelaku bisnis maupun orang-orang yang produktif  yang sedang menempuh pendidikan akan terganggu aktifitasnya.

“Untuk itu mari kita jaga kondisi negara kita agar tetap stabil dimana perbedaan itu adalah berkah,  kita boleh berbeda, tetapi kita selalu kembali ke dalam konteks NKRI dan Pancasila. Mari kita semua menggunakan medsos dengan hal-hal yang bersifat positif tanpa melakukan provokasi sehingga dapat menciptakan persatuan di antara masyarakat bangsa ini guna mengindari perpecahan,” kata Enda.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas