Gereja Santa Clara Resmi Berdiri Setelah Penantian 21 Tahun
Peresmian Gereja Santa Klara dilakukan oleh Wali Kota Bekasi Rahmat Efendi, Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo dan Menteri ESDM Ignasius Jonan
Penulis: Deodatus Pradipto
Laporan wartawan Tribunnews.com Deodatus Pradipto
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Setelah 21 tahun umat Katolik di Bekasi Utara, Jawa Barat bisa menggunakan tempat ibadah yang layak.
Gereja Santa Clara telah diresmikan, Minggu (11/8/2019).
Peresmian Gereja Santa Klara dilakukan oleh Wali Kota Bekasi Rahmat Efendi. Peresmian turut disaksikan oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan.
"Shalom. Assalamualaikum. Saya hampir tidak bisa berbicara. Selama 21 tahun sungguh penantian yang luar biasa. Warga saya, umat yang ada di Kota Bekasi bisa merasakan sebuah pelayanan pemerintah yang adil dalam konteks ketentuan, proporsional," ujar Rahmat Effendi saat memberikan kata sambutan di hadapan para umat Santa Clara.
Gereja Santa Clara semula adalah sebuah stasi bernama Yohanes Pemandi yang terletak di wilayah Seroja dari Gereja Santo Arnoldus Janssen, Paroki Bekasi. Stasi Yohanes Pemandi resmi menjadi paroki baru dengan nama Paroki Bekasi Utara Gereja Santa Clara pada 1998.
Seiring pertumbuhan masyarakat, kebutuhan umat Paroki Bekasi Utara terhadap sebuah rumah ibadah yang layak dan dapat menampung semua umat menjadi sebuah pengharapan besar. Sebelum bangunan Gereja Santa Clara yang baru resmi berdiri, umat Katolik di Bekasi Utara harus menggunakan sejumlah ruko di Perumahan Taman Wisma Asri untuk beribadah. Selama bertahun-tahun umat Katolik di sana harus beribadah di rumah ibadah yang memiliki kapasitas yang jauh lebih kecil dari jumlah umat yang ada.
Izin Mendirikan Bangunan terbit pada Juli 2015, namun umat Katolik di Paroki Bekasi Utara harus menghadapi berbagai penolakan. Tepat pada 11 Agustus 2019 Gereja Santa Clara yang baru bisa diresmikan, tepat pada peringatan HUT ke-21 Gereja Santa Clara Paroki Bekasi Utara.
"Yang gigih bukan saya, tapi panitia karena menuntut hak terhadap sebuah proses yang dilakukan pemerintah untuk masyarakat dalam representasi rumah ibadah yang layak. Saya hampir mengeluarkan air mata, air mata kebanggaan," kata Rahmat Effendi.
"Saya, sebagai wali kota, secara tulus ingin memberikan dukungan terbaik kepada sesama umat. Seorang pemimpin tidak boleh menarik ludahnya kembali," sambung Rahmat.
Sebagai wali kota, Rahmat Effendi terlibat dalam proses pembangunan Gereja Santa Clara. Dia mengaku juga beberapa kali menemui Uskup Agung Jakarta. Selama pengalaman itu, Rahmat Effendi memastikan imannya sebagai seorang muslim tidak terpengaruh.
"Saya tetap muslim karena keyakinan ada di dalam iman, di dalam hati. Seseorang dinilai dari tindakannya. Iman, hanya Tuhan yang tahu," kata Rahmat Effendi yang disambut tepuk tangan umat Santa Clara dan para imam Katolik yang memimpin misa pemberkatan.
Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo menyampaikan ucapan terima kasih kepada Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi karena turut berperan atas berdirinya Gereja Santa Clara.
"Saya mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Wali Kota karena telah memberikan izin sehingga pembangunan bisa dilakukan dan selesai. Tanpa bantuan dari pemkot, tokoh agama, TNI, Polri, pembangunan ini tidak akan berhasil," ujar Ignatius.