BMKG dan NOAA Gelar Workshop Peningkatan Prediksi Iklim Musiman Untuk Kesejahteraan Nasional
Dalam rangka mencapai target untuk menjadi institusi berkelas dunia, BMKG senantiasa mengadakan kerjasama dengan institusi internasional
Editor: Toni Bramantoro

TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Dalam rangka mencapai target untuk menjadi institusi berkelas dunia, BMKG senantiasa mengadakan kerjasama dengan institusi internasional untuk mengembangkan pengetahuan dan keahlian di bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika.
Di tahun 2019 ini BMKG bersama NOAA (National Oceanic and Atospheric Administration/Administrasi Nasional Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat) kembali mengadakan workshop dengan tema “Peningkatan Prediksi Iklim Musiman Untuk Kesejahteraan Nasional” yang diselenggarakan di Hotel 101 Bogor pada Selasa (13/8/2019).
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan tujuan diadakannya workshop tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan para peserta dalam membuat prakiraan iklim musiman berbasis dampak (impact-based seasonal climate forecast)
“Kegiatan tersebut bertujuan untuk menunjang program pemerintah diberbagai sektor dalam mencapai kesejahteraan nasional," tutur Dwikorita.
“Lalu, dalam workshop ini kami ingin mendemonstrasikan peran penting dari berbagai program riset dan observasi di Benua Maritim seperti InaPRIMA (program pengamatan laut dan atmosfer melalui Buoy), Year of Maritime Continent (YMC/ Riset Benua Maritim) dan Indonesian Trough Flow (ITF/ Pengamatan Arus Laut Lintas Indonesia), dalam upaya untuk memahami sepenuhnya interaksi atmosfer-laut-atmosfer di atas Benua Maritim”, ujar Dwi Korita.
Selain itu, worskhop tersebut juga menjelaskan tentang mengembangkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan pengetahuan praktis sebagai bagian dari pengembangan Sistem Peringatan Dini Iklim (CEWS), “Workshop ini diikuti oleh 44 orang peserta diantranya, forecaster dari Stasiun Klimatologi dan Meteorologi Maritim dari berbagai daerah di Indonesia, Puslitbang BMKG, Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (STMKG) dan analis/peneliti dari instansi lain yaitu Kementerian Pertanian, Kementrian Kelautan dan Perikanan, LIPI, KLHK, BNBP dan Kementerian PUPR," jelas Dwikorita.
Selanjutnya, Dwikorita berharap kerjasama dengan NOAA dapat mewujudkan riset-riset dan observasi bersama seperti program workshop dan kegiatan lainnya terkait MKG.
“Kedepannya saya berharap selain peneliti BMKG dan NOAA kita juga ingin melibatkan peneliti dari LIPI, ITB dan IPB untuk melakukan pelayaran ke Samudra Hindia untuk melakukan pengukuran variabel laut hingga kedalaman 5000 meter sambil melakukan perawatan Buoy. Nantinya, hasil pengukuran tersebut kemudian dianalisis bersama dan disajikan dalam tulisan ilmiah yang dipresentasikan dalam seminar-seminar internasional dan datanya digunakan untuk keperluan operasional," papar Dwi Korita.
Pada acara tersebut Dwikorita Karnawati juga menjadi narasumber bersama narasumber ahli lainnya. Diantaranya; Sidney Thurston dari NOAA, Joshua Lustig; Science and Technology officer US embassy, Michael Mc Phaden dari PMEL (Pasific Marine and Environmental Laboratory/ Laboratorium Lingkungan Kelautan Pasifik) USA, Joseph R. Donovan dari Duta Besar USA untuk Indonesia. Selain itu, ada beberapa narasumber lain dari Texas A & M University, Columbia University, California University, University of Washington dan dari IPB.