5 Tahun Mulyati Tinggal di Kampung 'Lautan Sampah', Terpaksa karena Tak Punya Uang Sewa Kontrakan
Bukan persoalan tak mau pindah ke kontrakan di lingkungan yang lebih kondusif, satu hal yang Mulyati pikirkan biaya sewa di Kampung Bengek terjangkau.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jelang kumandang azan Magrib, Mulyati (44) berkumpul dengan anak-anak yang asyik bermain di sebuah saung, di sekeliling mereka lautan sampah.
Kampung baru tempat Mulyati tinggal lebih dikenal dengan Kampung Bengek, masuk Kelurahan Penjaringan, Penjaringan, Jakarta Utara.
Tak jelas kenapa disebut Kampung Bengek, tapi yang pasti warga yang tinggal di sana sepertinya tak terganggu tinggal di atas lautan sampah.
"Sudah lima tahun lebih saya tinggal di sini," ujar Mulyati membuka ceritanya kepada Tribunnews.com.
Baca: Polri Mendeteksi Kelompok ISIS Berusaha Mengambil Kesempatan dari Rangkaian Kerusuhan di Papua
Ketika belakangan Kampung Bengek disorot Pemprov DKI Jakarta karena dikepung sampah, bagi Mulyati dan warga lain sudah terbiasa dengan keadaan.
Bukan persoalan tak mau pindah ke kontrakan di lingkungan yang lebih kondusif, satu hal yang Mulyati pikirkan biaya sewa di Kampung Bengek terjangkau.
"Orang enggak punya duit untuk nyewa kontrakan, ya enggak pindah," ungkap Mulyati mencontohkan dirinya masuk golongan yang enggan pindah.
Sebagai rakyat kecil, tinggal di Kampung Bengek bagi Mulyati seperti sudah garisan hidup. Secara ekonomi ia tak berdaya.
Baca: Rayya, Pemeran Video Vina Garut Meninggal Dunia, Kena Stroke Rayya Sudah Tak Bisa Gerakkan Badan
Melihat kenyataan di depan mata, Mulyati menggantungkan harapannya agar tiap-tiap warga mengurus sampahnya masing-masing.
"Sebagai warga kecil ya harapannya masing-masing buang sampah yang rapi, biar sama-sama enak," sambung Mulyati.